Scroll untuk membaca artikel
Denada S Putri
Selasa, 23 April 2024 | 12:45 WIB
Upacara Tiwah Suku Dayak Ngaju. [Ist]

SuaraKaltim.id - Ritual Tiwah adalah ritual adat kematian yang paling sakral dan paling besar yang biasanya dilakukan oleh masyarakat Suku Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah (Kalteng)

Biasanya, ritual ini diadakan oleh mereka yang memeluk kepecayaan lokal yakni agama Kaharingan.

Lantas apa yang membuat upacara ini sakral dan terbesar? Rupanya hal itu karena Ritual Tiwah ini melibatkan sumber daya yang besar dan waktu penyelenggaraan yang lama.

Adapun pelaksanaan Tiwah ini bisa berlangsung selama 2-3 bulan, meskipun terkadang disingkat menjadi 3-9 hari. Berikut tahapan dari pelaksanaan Tiwah:

Baca Juga: Sistem Religi Masyarakat Dayak Bahau, Miliki Kepercayaan Manusia Dikuasai Roh

1. Persiapan rencana Tiwah

Di tahap awal ini pihak keluarga penyelenggara Tiwah menyusun panitia yang segera mengadakan pertemuan untuk menentukan tempat, waktu, dan jumlah biaya pelaksanaan upacara setelah selesai maka akan diberikan kepada pisor (pelaksana teknis).

2. Baramu

Tahap ini mencari bahan-bahan untuk kelengkapan upacara yang dilakukan secara gotong royong. Sebelum aktivitas dilakukan, Pisor akan memohon keselamatan kepada roh halus agar mendapat perlindungan.

3. Mauluh Gandang (Upacara Tiwah Hari ke-1)

Baca Juga: Kondisi Geografis Suku Dayak Bahau, Dari Penyebaran Suku Hingga Mata Pencahariannya

Mengingat tahap ini adalah hari pertama dimulainya Tiwah, maka dibunyikan gendang dan gong sebagai tanda dimulainya upacara, yang dilanjutkan dengan kegiatan memberikan persembahan kepada roh berupa darah babi dan ayam yang dicampur dengan beras.

4. Pembuatan sangkaraya (Upacara Tiwah Hari ke-2)

Tahap ini melanjutkan pembuatan peralatan upacara, khususnya sangkaraya, sapundu, pasah sababulu dan sandung kayu. Pembuatan sangkaraya didahului dengan batatawur yang dilaksanakan oleh Pisor dengan maksud untuk memperoleh kelancaran, suasana damai dan tenang saar upacara.

5. Penggalian Tulang (Upacara Tiwah Hari ke-3)

Tahap ini dimulai pagi hari dengan mengikat sapi atau kerbau di sapundu, yang dilanjutkan berangkat ke kuburan untuk menggali tulang anggota keluarga yang akan ditiwahkan.

6. Tabuh atau ngecen tulang (Upacara Tiwah Hari ke-4)

Tahap ini ditandai dengan pembacaan doa oleh Pisor untuk membangunkan roh orang mati di dalam raung atau mampisik liau.

7. Napesan (Upacara Tiwah Hari ke-5)

Napesan dilaksanakan pada hari kelima dan merupakan puncak pelaksanaan upacara Tiwah dimana raung akan ditempatkan ke dalam sandung berurutan menurut usianya, tulang belulang yang paling tua dimasukkan terlebih dahulu.

8. Menggantung pali

Tahap menggantung pali yaitu masa tenang, rehat, dan mengheningkan cipta yang berlangsung selama 3 hari. Berbagai pantangan dilakukan seperti menghindari pertengkaran dan hal-hal buruk lainnya.

9. Manipas pali

Tahap ini yaitu melepaskan pantangan yang ditandai dengan pembongkaran dan pembuangan seluruh peralatan upacara Tiwah. Kegiatan ini dimulai dengan pembacaan doa, diikuti dengan pembuangan peratan upacara dan menghanyutkan sesajian ke sungai.

10. Mabuhui

Tahap ini adalah perjamuan besar yang ditandai dengan pemotongan babi atau ayam. Dalam kesempatan ini, Pisor mendoakan semua ahli waris atau keluarga penyelenggara Tiwah dan semua pihak yang terlibat supaya selalu diberi keselamatan dan rezeki yang berlimpah.

Kontributor : Maliana

Load More