Scroll untuk membaca artikel
Denada S Putri
Senin, 08 April 2024 | 03:00 WIB
Ilustrasi aktivitas masyarakat Suku Dayak Bahau. [Ist]

SuaraKaltim.id - Kehidupan religi atau sistem keagamanan dari masyarakat Dayak Bahau cukup menarik karena kepercayaannya di masa lalu yang sudah mulai bergeser seiring berkembangnya zaman.

Adapun di masa lalu hingga sekarang, agama menjadi kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan masyarakat Dayak Bahau sehari-hari.

Saat ini berdasarkan data sebagian besar suku Dayak Bahau memeluk agama Katolik Roma (92.5%) terutama yang tinggal di wilayah Kabupaten Mahakam Ulu dan Kutai Barat.

Kemudian sisanya yakni sekira 6.5% memeluk Kristen Protestan, terutama yang tinggal di kawasan Kutai Kartanegara dan Kutai Timur.

Baca Juga: Penjelasan Sistem Kekerabatan Suku Dayak Tunjung, Dari Harta hingga Perkawinan

Selanjutnya, penduduk yang tersisa menganut agama Bungan dan juga Islam. Dalam kehidupan sehari-hari, banyak yang masih menggunakan unsur-unsur agama Bungan.

Orang bahau pada masa lalu banyak dewa seperti dewa air, dewa padi, dewa gunung, dewa penjaga kampung dan dewa lainnya.

Saat ini sebagian besar masyarakat Dayak Bahau memeluk agama Katolik karena menurut anggapan mereka, antara agama nenek moyang
mereka dahulu sejalan dengan agama Katolik yang mereka anut saat ini.

Sementara, Orang Bahau mempunyai kepercayaan bahwa dunia ini ada yang menciptakan, dan menurut keyakinan mereka diciptakan oleh Tamey Tingae yang artinya: pembuat pencipta, yang memeriksa, atau mengontrol dari atas dan bertempat tinggal di langit.

Menurut kepercayaan orang Bahau manusia ini dikuasai oleh roh-roh yang bertempat tinggal di langit. Bila orang itu mati, maka ia menjadi roh dan pindah dari bumi menuju alam roh.

Baca Juga: Pengertian dan Fungsi Beliant Bawo, Ritual Adat Penyembuhan Ala Suku Dayak

Alam roh itu didiami oleh para roh sebagai makhluk yang kekuatannya di luar kekuatan manusia dan tidak dapat dikuasai oleh manusia dengan cara biasa.

Roh itu tidak nampak dan berada di mana-mana, bisa di sungai, di pohon, di gua, dalam air, di atas tanah, di angkasa sampai ke puncak langit.
 
Para roh itu ada yang baik dan ada pula yang jahat terhadap manusia. Roh yang baik membantu dan yang jahat mengganggu.

Agar roh itu tidak mengganggu dan membantu, maka manusia melakukan hubungan dengan upacara.

Dalam upacara inilah manusia itu berhubungan dengan roh-roh itu, di sana ia menyampaikan keinginannya, agar ia tidak mendapat gangguan dan mendapat perlindungan dari roh yang baik.

Kontributor : Maliana

Load More