Scroll untuk membaca artikel
Denada S Putri
Kamis, 18 April 2024 | 18:30 WIB
Ilustrasi Suku Dayak Rindang Benua gotong-royong. [Ist]

SuaraKaltim.id - Suku Dayak yang mendiami Pulau Kalimantan merupakan salah satu suku di Indonesia yang memiliki tingkat gotong-royong cukup tinggi.

Adapun, sejarah masyarakat suku Dayak yang solid ini di latar belakangi oleh adanya tradisi adat istiadat mereka yang masih terus dilestarikan.

Selain itu, masyarakat suku Dayak pun sudah sejak lama hidup dengan menunjukkan bahwa antara sesamanya ini terjalin ikatan untuk saling membantu satu sama lain, serta ingin meneruskan hidup bersama dalam satu masyarakat.

Kerja sama yang baik antar anggota suku Dayak di masyarakat ini merupakan suatu kehidupan yang rukun dan damai serta saling lindung-melindungi dalam segala kesulitan.

Baca Juga: Kondisi Geografis Suku Dayak Bahau, Dari Penyebaran Suku Hingga Mata Pencahariannya

Kenyataan sudah jelas, bahwa di antara mereka tersebut sudah ada semangat gotong-royong yang walaupun penggunaannya hanya bersifat di lingkungan mereka saja.

Semangat gotong-royong dan rasa kesatuan yang terdapat pada mereka, juga merupakan semangat gotong-royong serta rasa kesatuan dan persatuan masyarakat suku-suku ini dapat dilihat waktu mereka sedang melaksanakan :

1. Menanam padi

Pada waktu mereka menanam padi, sangat diperlukan sekali tenaga para anggota masyarakat.

Hal itu dilakukan agar supaya padi tersebut dapat sekaligus ditanam dan upacara adatnya dapat segera dilaksanakan.

Baca Juga: Ada Bangsawan dan Rakyat Biasa, Begini Pembagian Kasta Masyarakat Dayak Tunjung di Masa Lalu

Dengan terdapatnya persoalan adat dan rasa kesatuan dan persatuan itulah, biasanya mereka datang membantu tanpa ada suatu paksaan dari pihak yang berkepentingan.

Persoalan ini mereka sebut dengan istilah "berharian", yaitu menyelesaikan suatu pekerjaan bersama-sama demi kepentingan anggota masyarakat dan kepentingan adat yang berlaku dalam melaksanakan hidup bersama.

2. Kematian

Jika ada orang yang meninggal dunia, bunyilah gong dengan irama tersendiri, yang menunjukkan bahwa salah satu keluarga mendapat kesusahan atau kematian.

Irama gong yang berbunyi itu sekaligus mengingatkan mereka akan tugas yang akan dibebankan oleh adat kepada mereka untuk membantu dan melaksanakan adat kematian.

Contohnya tugas-tugas itu adalah ada anggota masyarakat yang memberi beras, bersama-sama membuat lungun atau peti mati, dan sebagainya.

3. Erau adat

Dalam melaksanakan erau adat, tampaklah dalam masyarakat suku-suku ini suatu kerja sama yang baik antara Kepala Adat dan anggota masyarakat.

Hal ini tampak jelas dalam perbuatan pendopo erau atau tempat mengadakan sajian kepada para dewa dan para arwah nenek-moyang atas kematian ketaatan terhadap adat dan rasa kesatuan untuk menjunjung tinggi para arwah dan nenek moyang mereka.

Kontributor : Maliana

Load More