Scroll untuk membaca artikel
Denada S Putri
Senin, 08 Juli 2024 | 14:15 WIB
Ilustrasi stunting di pesisir. [Ist]

SuaraKaltim.id - Tingkat stunting atau balita tumbuh tengkes di Bontang tergolong tinggi. Berada di urutan kedua tertinggi di Kalimantan Timur (Kaltim), tingkat prevalansi stunting di Bontang sebesar 19 persen.

Ironisnya, jumlah balita stunting di Bontang justru paling besar ditemukan kawasan pesisir. Wilayah pinggir laut yang seharusnya banjir dengan protein dari hasil olahan ikan justru menjadi penyumbang tertinggi angka stunting di Bontang.

Dari data Kementerian Dalam Negeri, wilayah Berbas Pantai, Bontang Lestari dan Kelurahan Guntung, Bontang Kuala dan Tanjung Laut Indah masuk dalam 5 besar daftar wilayah kasus stunting tinggi di Bontang.

Ketua Tim Percepatan Penanganan Stunting Kota Bontang Najirah, juga mengaku heran dengan kondisi stunting banyak ditemukan di kawasan pesisir. Dia menilai kurangnya kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi makanan bergizi diyakini menjadi penyebabnya.

Baca Juga: Hilang Kendali saat Isi Angin, Minibus Tabrak Pengunjung Bengkel di Bontang Utara

"Kalau di laut itu kan banyak ikan yah. Makanya saya juga heran justru di sana tinggi. Mungkin kesadaran orang tua masih minim dengan kurang memberi asupan ikan ke anak," ucap Najirah, disadur dari KlikKaltim.com--Jaringan Suara.com, Senin (08/07/2024).

Namun, pemerintah memastikan akan melakukan intervensi program untuk menekan angka stunting. Dari penelusuran jaringan media ini, di sejumlah Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) terungkap anak dengan stunting banyak dialami keluarga miskin. Rata-rata balita tengkes karena orang tua mereka tak mampu memenuhi kebutuhan gizi anaknya secara ideal.

Amira, Ketua Posyandu Kasih Ibu 1, di Kelurahan Tanjung Laut Indah, Kecamatan Bontang Selatan menuturkan, di wilayah kerjanya ada 6 orang balita yang ditangani terindikasi stunting. Mereka mendapat makanan tambahan dari Puskesmas yang disalurkan melalui Posyandu

Kebanyakan anak yang stunting dari keluarga kurang mampu. Di samping kemiskinan, pola hidup bersih juga kurang terjaga. Kondisi itu diperparah dengan minimnya kesadaran para ibu untuk rutin menimbang ke Posyandu. Dari 167 sasaran balita yang terdata hanya sekitar 50-an saja aktif datang ke posyandu.

 “Lingkungan memang sih, terus karena faktor ekonomi juga mas,” ungkapnya.

Baca Juga: Kakek 63 Tahun di Bontang Ditangkap Atas Kasus Pencabulan Anak, Korban Lebih dari Satu?

Stunting merupakan kondisi anak kekurangan gizi kronis dalam waktu lama, biasanya ditandai dengan tumbuh pendek atau tengkes. Namun tak semua anak pendek divonis stunting, tetapi anak stunting sudah pasti pendek. 

Persoalan stunting bukan masalah sepele. Kementerian Kesehatan menyatakan bahaya laten stunting akan berdampak panjang bagi generasi kedepan. Akibat dari stunting menganggu pertumbuhan otak, sehingga rendahnya kemampuan menyerap pelajaran (kognitif) serta mudah terserang penyakit kronis, seperti hipertensi dan obesitas.

Kondisi di Kelurahan Guntung juga tak jauh berbeda, di wilayah pesisir bagian utara ini terdapat 157 anak terindikasi stunting dengan tingkat prevalansi 27,3 persen.

Ketua Posyandu Sehat Etam, Kelurahan Guntung, Kecamatan Bontang Utara Veratika menjelaskan masalah utama yang dihadapi tim di lapangan yakni redahnya partisipasi warga  untuk memeriksakan balita mereka.

Di wilayah kerjanya, total 170 anak yang masuk daftar sasaran balita namun cuma 70 saja rutin memeriksa ke Posyandu. “Karena banyak orang tua menganggap ke posyandu hanya untuk imunisasi," kata Veratika. 

Posyandu Sehat Etam ada 2 anak yang daftar indikasi stunting. Asupan gizi yang minim dari orang tua ditenggarai menjadi penyebabnya. Saat ini, Vera dan kader lainnya gencar untuk mengkampanyekan rutin periksa ke posyandu.

Load More