SuaraKaltim.id - Komunitas Puan Lestari mengadakan kegiatan nonton bareng (nobar) film Mahakam Love Story disertai diskusi bertajuk Perjuangan Penyintas Kekerasan Seksual, yang berlangsung di Tempat Rahasia, Jalan Dr. Sutomo, Samarinda, pada Sabtu (12/05/2025).
Acara bertajuk Sinempuan (Sinema dan Puan) ini menghadirkan dua narasumber utama, yakni Psikolog Klinis R. R. Rani Meita Pratiwi Subagyono dan Fatqurozi, sang sutradara film.
Dipandu oleh Elsye Christina, para peserta diajak menyaksikan film berdurasi 43 menit tersebut, yang kemudian dilanjutkan dengan diskusi berdasarkan tema utama kegiatan.
Film Mahakam Love Story mengisahkan kehidupan Dara, seorang mahasiswi semester akhir yang menyimpan trauma masa lalu, sehingga membuat hubungannya dengan orang lain kerap berakhir.
“Mahkamah Love Story mengusung tentang kekerasan seksual di usia dini khususnya yang menjadi trauma di toko utama yang dimainkan,” kata Fatqurozi.
Trauma yang dialami Dara memicu reaksi tidak biasa. Ketika tangannya disentuh lawan jenis, ingatan kelam masa lalunya seketika muncul dan menghantui.
Namun, suatu hari, Wildan—seorang pria—secara tidak sengaja menggenggam tangan Dara. Anehnya, sentuhan itu tidak menimbulkan reaksi traumatik seperti sebelumnya.
Dari momen tersebut, hubungan mereka berkembang dan dipenuhi kebahagiaan, sampai akhirnya muncul kembali sosok dari masa lalu yang menjadi sumber trauma Dara.
Cerita cinta antara Dara dan Wildan dikemas dengan latar indah Sungai Mahakam sebagai ikon pariwisata Samarinda, serta lokasi-lokasi menarik lainnya di Kota Tepian.
Baca Juga: Alam Bernyanyi, Gerakan Kecil untuk Masa Depan Hijau
“Intinya saya pengen semua orang itu punya masa depan yang bahagia walaupun punya masa lalu yang buruk,” lanjutnya.
[SuaraKaltim.id/Giovanni Gilbert]
Rani, sapaan akrab psikolog klinis tersebut, menyampaikan bahwa film ini sudah cukup mewakili kenyataan yang ada, terutama di Samarinda.
Menurutnya, melalui film ini, penonton diajak menyadari pentingnya langkah nyata dalam mendukung penyintas kekerasan seksual.
“Kita tidak boleh menutup diri terhadap kasus-kasus terutama kekerasan seksual. Tetapi, di tahun ini kita para generasi yang sudah sadar diharapkan melalui karya, untuk yuk kita sama-sama membantu para korban yang akhirnya menjadi pejuang dan penyintas,” kata Rani.
Ia menekankan bahwa perjuangan sebagai korban kekerasan seksual tidak mudah jika harus dilalui sendiri.
Karena itu, ia mengajak masyarakat untuk turut peduli dan membantu menghubungkan para penyintas dengan pihak-pihak yang dapat memberi pertolongan.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas 30 Jutaan untuk Harian, Cocok buat Mahasiswa dan Keluarga Baru
- 7 Mobil Bekas Terbaik untuk Anak Muda 2025: Irit Bensin, Stylish Dibawa Nongkrong
- Gibran Hadiri Acara Mancing Gratis di Bekasi, Netizen Heboh: Akhirnya Ketemu Jobdesk yang Pas!
- Suzuki Ignis Berapa cc? Harga Bekas Makin Cucok, Intip Spesifikasi dan Pajak Tahunannya
- 5 HP RAM 8 GB Paling Murah Cocok untuk Gamer dan Multitasking Berat
Pilihan
-
Indonesia Ngebut Kejar Tarif Nol Persen dari AS, Bidik Kelapa Sawit Hingga Karet!
-
Prabowo Turun Gunung Bereskan Polemik Utang Whoosh
-
Jokowi Klaim Proyek Whoosh Investasi Sosial, Tapi Dinikmati Kelas Atas
-
Barcelona Bakal Kirim Orang Pantau Laga Timnas Indonesia di Piala Dunia U-172025
-
Menkeu Purbaya Pamer Topi '8%' Sambil Lempar Bola Panas: Target Presiden, Bukan Saya!
Terkini
-
CEK FAKTA: Benarkah Ada Pendaftaran Program Pemutihan Tunggakan BPJS Kesehatan Rp 20 Triliun?
-
CEK FAKTA: Benarkah Luhut Ditetapkan Jaksa Agung sebagai Tersangka Korupsi Lahan?
-
CEK FAKTA: Klaim Wamenag Muhammad Syafii Setujui Hukuman Mati Koruptor
-
CEK FAKTA: Unggahan Soal PSI Usulkan Gibran dan Jokowi di Pilpres 2029
-
Rencana Pengerukan Mahakam Picu Perdebatan: Solusi Banjir atau Pemborosan Anggaran?