SuaraKaltim.id - Memperingati Hari Bumi 2025, tiga komunitas lingkungan di Kalimantan Timur—XR (Extinction Rebellion) Kaltim Bunga Terung, IMAPA UNMUL, dan MAPALA UMKT—menggelar aksi di salah satu lokasi bekas tambang batubara di Jalan Usaha Tani, Samarinda.
Aksi ini mengusung tema “Our Power, Our Planet” yang menyoroti pentingnya kesadaran kolektif terhadap dampak destruktif aktivitas pertambangan.
Dalam aksi tersebut, mereka membentangkan spanduk besar bertuliskan “All Mines are Liars #End Fossil Fuel Now” di samping lubang bekas tambang yang kini menyerupai danau.
Aksi ini menjadi simbol kritik terhadap keberadaan 44.736 titik lubang tambang yang tersebar di wilayah Kaltim, termasuk di Samarinda, Kukar, dan Penajam Paser Utara (PPU).
Baca Juga: Dulu Hutan, Kini Tambang: Orangutan Ini Terjebak di Tengah Kerusakan Alam Kutim
Kalimantan Timur (Kaltim), yang dikenal sebagai salah satu paru-paru dunia, memiliki luas daratan sekitar 12,7 juta hektar.
Namun, pada 2024, provinsi ini mencatatkan deforestasi tertinggi secara nasional, mencapai 44.483 hektar, sebagian besar disebabkan oleh aktivitas tambang.
Momentum Hari Bumi dimaknai bukan sekadar seremoni, tetapi sebagai bentuk seruan mendesak untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan beralih ke sumber energi berkelanjutan.
Aksi ini juga mencerminkan komitmen untuk melindungi ekosistem, sumber daya alam, serta masa depan umat manusia dan seluruh makhluk hidup.
Lubang bekas tambang diketahui membawa berbagai risiko lingkungan dan sosial, mulai dari pencemaran air, ancaman keselamatan, rusaknya ekosistem, hingga dampak sosial ekonomi yang belum tertangani secara komprehensif.
Baca Juga: Dihantui Debu, Bising, dan Longsor: Warga Sanga-Sanga Menjerit di Tengah Gempuran Tambang
Peringatan Hari Bumi di Samarinda sekaligus menjadi pengingat akan bahaya industri tambang batubara. Sejak 2001, setidaknya 51 orang—kebanyakan anak-anak—meninggal akibat tenggelam di lubang tambang yang dibiarkan tanpa pengamanan dan peringatan.
Kelurahan Makroman, Kecamatan Sambutan, menjadi salah satu contoh nyata dampak buruk tambang.
Kawasan yang dulu dikenal sebagai lumbung pangan kini mengalami degradasi serius.
Sawah yang dahulu subur kini kerap banjir karena lumpur tambang dan kekeringan saat musim kemarau.
Ironisnya, sebagian petani bahkan menggantungkan irigasi mereka pada air dari lubang bekas tambang.
Makroman kini menjadi simbol perlawanan tiga komunitas tersebut.
- 1
- 2
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 Mobil Bekas untuk Keluarga di Bawah Rp50 Juta: Kabin Luas, Cocok untuk Perjalanan Jauh
- Pemain Keturunan Medan Rp 3,4 Miliar Mirip Elkan Baggott Tiba H-4 Timnas Indonesia vs Jepang
- 5 Rekomendasi Mobil SUV Bekas Bermesin Gahar tapi Murah: Harga Rp60 Jutaan Beda Tipis dengan XMAX
- 5 Mobil Eropa Bekas yang Murah dan Tahun Muda, Mulai dari Rp60 Jutaan
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Anti Hujan Terbaik 2025: Irit, Stylist, Gemas!
Pilihan
-
6 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan dengan NFC Terbaru Juni 2025
-
Timnas Indonesia Cuma Jadi Samsak Uji Coba, Niat Jepang Hanya Ekspermien Taktik dan Pemain
-
Daftar 10 Merek Mobil Buatan Pabrik Indonesia Terlaris di Luar Negeri, Toyota Masih Juara?
-
Partainya Lebih Dipilih Jokowi, DPW PSI Jateng: Kader Berbunga-bunga
-
3 Rekomendasi HP Murah Memori 512 GB dengan Performa Handal, Terbaik Juni 2025
Terkini
-
Semoga Beruntung, Buka 5 DANA Kaget Hari Ini buat Tambahan Belanja
-
Gracilaria Jadi Andalan Baru PPU di Tengah Denyut Pembangunan IKN
-
Prosedur Ketat Diterapkan, Dua Pasien Positif Antigen Dirawat di Ruang Isolasi
-
Pantai Manggar Diserbu Ribuan Pengunjung Selama Libur Panjang
-
Daftar 6 Link DANA Kaget Aktif Hari Ini, Buruan Klaim Saldo Gratis Sebelum Diambil Orang!