Scroll untuk membaca artikel
Denada S Putri
Rabu, 14 Mei 2025 | 19:09 WIB
Wali Kota Samarinda, Andi Harun. [Presisi.co]

Video tersebut disebutnya telah dipotong sehingga tidak menggambarkan konteks kejadian secara menyeluruh.

“Kalau media atau pegiat media sosial sengaja memelintir, maka itu otaknya penuh kebencian,” tegasnya.

Andi menjelaskan, teguran itu merupakan bagian dari upaya kolektif menjaga kebersihan kota, bukan tindakan yang perlu dibaca negatif.

“Maksud kita melakukan teguran agar mereka menjalankan usahanya di Samarinda dengan baik karena menjaga kota ini dari sampah dan mewujudkan kota ini menjadi bersih bukan pekerjaan mudah. Kita butuh komitmen bersama,” tandasnya.

Baca Juga: Warga Samarinda Soroti Banjir Tahunan yang Tak Tertangani: Justru Makin Parah

Wali Kota Samarinda, Andi Harun. [kaltimtoday.co]

Kritik Dibalas Serangan Data, Pengamat: Demokrasi Kita Sedang Terancam

Fenomena doxing atau penyebaran data pribadi yang belakangan mencuat di media sosial dinilai berpotensi menggerus semangat demokrasi di tengah masyarakat.

Pengamat Kebijakan Publik dari Universitas Mulawarman (Unmul), Syaiful Bachtiar, menyuarakan kekhawatirannya atas tren yang makin meresahkan ini, terutama ketika serangan dilakukan terhadap pihak-pihak yang menyampaikan kritik secara terbuka.

Salah satu kasus terbaru terjadi di Samarinda.

Founder media lokal Selasar.co, Achmad Ridwan, menjadi korban serangan digital setelah akun Instagram anonim menyebarluaskan identitas lengkapnya dari KTP.

Baca Juga: Diduga Salah Diagnosa, RSHD Samarinda Tak Hadiri RDP Bahas Kasus Malpraktik

Aksi ini terjadi usai Selasar mengunggah video monolog yang menyuarakan kritik terhadap kelompok buzzer yang lebih dulu mempublikasikan identitas seorang konten kreator bernama kingtae.life.

Load More