SuaraKaltim.id - Kritik terhadap respons Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda dalam menangani banjir kembali mencuat, menyusul banjir besar yang melanda kota tersebut di akhir Mei 2025.
Setidaknya 24 titik terendam air, bahkan terjadi longsor di beberapa wilayah.
Pemerintah kota menyebutnya sebagai kejadian luar biasa, namun kalangan akademisi menilai hal itu seharusnya bisa diantisipasi.
Esti Handayani Hardi, pengamat lingkungan dan Guru Besar Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Mulawarman (Unmul), menilai pemerintah seharusnya lebih sigap menghadapi potensi bencana yang berulang.
“Menanggapi terkait anomali, sebenarnya sudah bisa dilakukan tindakan preventif jauh-jauh hari,” tegas Esti, saat dihubungi, Kamis, 5 Juni 2025.
Menurutnya, dengan curah hujan tinggi dan potensi longsor yang hampir selalu mengancam di waktu-waktu tertentu, seharusnya Pemkot sudah memiliki peta kerentanan wilayah.
Data dan riset yang diperlukan pun sebenarnya telah tersedia.
“Seharusnya Pemkot bekerja sama dengan ahli di bidangnya serta dengan periset yang ada di perguruan tinggi. Karena, untuk data dan step awal penelitian sudah dimiliki,” ucapnya.
Data dari BMKG menunjukkan intensitas hujan saat itu mencapai 50–85 mm per jam.
Baca Juga: Hotel Sekitar Big Mall Samarinda Pastikan Tak Ada Korban dalam Insiden Kebakaran
Kondisi ini diperparah dengan fenomena backwater dari Sungai Mahakam, di mana aliran air dari hulu tertahan karena permukaan air di muara lebih tinggi akibat pasang laut.
Akibatnya, air meluap ke daratan, terutama di wilayah rendah.
Banjir merendam beberapa kecamatan seperti Samarinda Utara, Palaran, Sambutan, dan Samarinda Ilir, dengan ketinggian air mencapai 50 hingga 100 cm.
Tak hanya itu, longsor juga terjadi di Palaran, dipicu oleh kondisi tanah yang jenuh air.
Meski banjir menyebabkan banyak gangguan aktivitas masyarakat, Wali Kota Samarinda Andi Harun menilai kejadian tersebut bukan kegagalan program penanggulangan banjir, melainkan dampak dari cuaca ekstrem tahunan.
“Peristiwa 12 Mei itu adalah anomali, siklus tahunan. Maka tidak bisa dari kejadian itu kita simpulkan bahwa program penanggulangan banjir kita kurang berhasil. Apalagi ini masih dalam proses,” jelas Andi Harun.
Berita Terkait
Terpopuler
- Lagi Jadi Omongan, Berapa Penghasilan Edi Sound Si Penemu Sound Horeg?
- Tanpa Naturalisasi! Pemain Rp 2,1 Miliar Ini Siap Gantikan Posisi Ole Romeny di Ronde 4
- 5 Pemain Timnas Indonesia yang Bakal Tampil di Kasta Tertinggi Eropa Musim 2025/2026
- Brandon Scheunemann Jadi Pemain Paling Unik di Timnas Indonesia U-23, Masa Depan Timnas Senior
- Siapa Sebenarnya 'Thomas Alva Edi Sound Horeg', Begadang Seminggu Demi Bass Menggelegar
Pilihan
-
Media Vietnam Akui Nguyen Cong Phuong Cs Pakai Tekel Keras dan Cara Licik
-
Satu Kata Erick Thohir Usai Timnas Indonesia U-23 Gagal Juara Piala AFF
-
Pengobat Luka! Koreografi Keren La Grande di Final Piala AFF U-23 2025
-
8 HP Murah RAM Besar dan Chipset Gahar, Rp1 Jutaan dapat RAM 8 GB
-
5 Rekomendasi Mobil Bekas 50 Jutaan: Murah Berkualitas, Harga Tinggi Jika Dijual Kembali
Terkini
-
Dukung IKN dari Hulu: PPU Luncurkan Beras Lokal Benuo Taka
-
Sekolah Rakyat Segera Hadir di Kutim, Sasar Anak dari Keluarga Miskin
-
Kapal Rumah Sakit 50 Meter Siap Sambangi Pelosok Kaltim, Ini Tawaran dari Korea Selatan
-
Proyek IKN Jadi Sorotan DPR RI, Bandara VVIP hingga Jalan Inti Masuki Fase Penting
-
DLH Balikpapan: Bakar Sampah Bisa Kena Denda Rp50 Juta atau Kurungan 6 Bulan!