Scroll untuk membaca artikel
Denada S Putri
Kamis, 12 Juni 2025 | 12:59 WIB
Ilustrasi swasembada pangan. [Ist]

SuaraKaltim.id - Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) terus memperkuat kontribusinya terhadap ketahanan pangan nasional dengan mengoptimalkan lahan pertanian rawa seluas hampir 14 ribu hektare pada tahun 2025.

Langkah ini menjadi bagian dari program nasional optimalisasi lahan (oplah) yang menyasar daerah-daerah potensial di berbagai kabupaten/kota di Kaltim.

Kepala Dinas Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura (DPTPH) Kaltim, Siti Farisyah Yana, menjelaskan bahwa seluruh lokasi kegiatan telah ditentukan berdasarkan dokumen Survei Investigasi Desain Optimasi Lahan Rawa.

Hal itu disampaikan Yana saat berada di Samarinda, Rabu, 11 Juni 2025.

Baca Juga: PAN Kaltim Tancap Gas Menuju Empat Besar, Bapilu dan DPD Jadi Motor Utama

Program Oplah dilaksanakan di lokasi terpilih, yakni lokasi yang telah dimuat dalam dokumen Survei Investigasi Desain Optimasi Lahan Rawa,” ujar Yana disadur dari ANTARA, Kamis, 12 Juni 2025.

Ada enam daerah yang terlibat dalam program ini. Di antaranya Kutai Kartanegara (2.392 ha, 12 Brigade Pangan), Berau (895 ha, 5 BP), Kutai Timur (1.200 ha, 6 BP), Samarinda (440 ha, 2 BP), Penajam Paser Utara (5.896 ha, 29 BP), dan Paser (3.150 ha, 16 BP). Total ada 70 Brigade Pangan (BP) yang diterjunkan untuk mendukung pelaksanaan program ini.

Program Oplah menyasar lahan dengan karakteristik rawa pasang surut maupun rawa lebak, dengan prioritas pada area yang selama ini belum mencapai dua kali masa tanam per tahun (Indeks Pertanaman < 200).

Selain itu, lahan harus bebas dari konflik, tidak masuk kawasan hutan atau lahan gambut yang berada dalam moratorium, serta memiliki sumber air untuk mendukung budidaya.

“Kemudian lokasi oplah harus dilengkapi dengan poligon shapefile (shp) sesuai dengan luasan lahan yang akan dilaksanakan kegiatan peningkatan produksi pertanian ini,” ujarnya.

Baca Juga: Birokrasi Masuk Era Digital: Pemprov Kaltim Mulai Nimbrung di Media Sosial

Tak hanya aspek teknis lahan, pemerintah juga menaruh perhatian terhadap kesiapan petani.

Program ini hanya akan melibatkan petani aktif yang tergabung dalam kelompok tani yang siap menjalankan panduan teknis secara konsisten.

“Kemudian kelompok tani tersebut menyatakan sanggup melaksanakan kegiatan dan ketentuan dalam petunjuk teknis dan ketentuan lainnya,” kata Yana lagi.

Dengan optimalisasi ini, Kaltim diharapkan tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan pangan lokal, tetapi juga menyumbang pasokan untuk wilayah lain.

Khususnya dalam mendukung ketahanan pangan nasional di tengah tantangan perubahan iklim dan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN).

Kaltim Siap Melahirkan Generasi Global Lewat Deep Learning

Pemerintah Indonesia terus berupaya menyempurnakan sistem pendidikan nasional agar lebih relevan dengan tantangan zaman.

Salah satu upaya terbaru adalah dengan memperkenalkan pendekatan Deep Learning atau pembelajaran mendalam dalam modifikasi Kurikulum Merdeka yang telah berjalan sejak tahun ajaran 2024/2025.

Pendekatan ini bukan untuk menggantikan konsep yang sudah ada, melainkan memperkuat dan mengembangkan metode pembelajaran yang adaptif dan berkelanjutan.

Hal itu disampaikan Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian, dalam Workshop Pendidikan bertema “Membangun Pembelajaran Mendalam yang Efektif dan Inovatif”, yang digelar di Hotel Harris Samarinda, Rabu, 11 Juni 2025.

“Jadi bukan berarti mereka belajar itu diganti, ini adalah upaya untuk kita menggunakan konsep-konsep yang sudah dikembangkan sebelumnya,” ucap Hetifah.

Ia menegaskan, Deep Learning merupakan turunan dari filosofi Merdeka Belajar yang fokus pada kemandirian dan kebermaknaan dalam proses belajar, bukan sekadar transfer pengetahuan.

“Kita mengharapkan lulusan-lulusan dari Kalimantan Timur (Kaltim) ini kedepan bukan saja dapat bersaing di daerah lain, tetapi dapat bersaing secara global,” katanya.

Dalam konteks globalisasi dan percepatan teknologi, Hetifah juga mendorong asesmen yang lebih holistik terhadap siswa. Menurutnya, Ujian Nasional (UN) selama ini hanya menilai hasil akhir, tanpa menggambarkan kemampuan siswa secara individu.

“Kalau UN kan menentukan kelulusan, kalau ini tidak. Tapi, menjadi ukuran individu seperti mungkin tes kemampuan akademik dan mungkin berbeda dengan yang selama ini kita pahami,” jelasnya.

Di tengah transformasi digital, tantangan lain yang muncul adalah persoalan kesehatan mental dan tekanan dari lingkungan sekitar, termasuk orang tua.

“Orang tua sering menuntut atau menekan dan sering menyalahkan. Termasuk buru-buru juga kalau tidak memahami ketika anak cara belajar sekarang kan mereka lebih individualis,” ungkap Hetifah.

Sementara itu, Abdul Gofur, Penelaah Analisis Kebijakan Direktorat Guru PAUD dan PNF Kemendikdasmen, menyoroti pentingnya penguatan kapasitas guru.

Menurutnya, kualitas pendidikan tidak bisa dilepaskan dari kualitas perencanaan pembelajaran.

"Guru-guru kita masih lemah dalam menentukan tujuan pembelajaran. Kadang tujuan dan aktivitas tidak nyambung, begitu juga dengan evaluasi," jelas Abdul Gofur.

Ia mendorong pemanfaatan metode Lesson Study yang mengedepankan siklus refleksi dan observasi terhadap proses belajar mengajar sebagai bagian dari implementasi Deep Learning.

Kepala Bidang SMK Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kaltim, Surasa, menyebutkan bahwa pendekatan ini relevan untuk mengisi celah ketimpangan dalam kualitas pendidikan di daerah.

“Artinya, dalam pembelajaran mendalam perlu dibangun ekosistem yang saling menunjang, saling mendukung, dan saling terkait satu sama lain,” ujarnya.

Ia berharap kebijakan ini bisa berjalan selaras dengan program Gratispol Pendidikan yang dicanangkan Gubernur Kaltim, sebagai bentuk kehadiran negara dalam menjamin hak pendidikan bagi seluruh lapisan masyarakat.

“Artinya kalau kita sampai sudah meng-create, itu menjadi sumber kesejahteraan masyarakat yang dimaksud undang-undang,” pungkasnya.

Load More