SuaraKaltim.id - Menjelang peringatan hari lahir Indonesia, muncul fenomena unik yang menyita perhatian publik: pengibaran bendera bajak laut Topi Jerami dari serial anime One Piece.
Bagi sebagian orang, aksi ini hanyalah bentuk ekspresi fandom.
Namun, reaksi keras dari sebagian aparat menunjukkan betapa sebuah simbol fiksi bisa dianggap mengguncang kenyamanan kekuasaan.
Di balik kisah petualangan dan fantasi, One Piece menyuguhkan narasi politik yang relevan dengan kenyataan hari ini.
Pemerintah Dunia dalam cerita digambarkan sebagai kekuasaan absolut yang menekan dan menutup-nutupi kebenaran—gambaran yang tak jarang dipersepsikan mirip dengan praktik oligarki di Indonesia.
Sebaliknya, kelompok bajak laut dan Revolusioner hadir sebagai simbol perlawanan terhadap ketidakadilan.
Fenomena pengibaran bendera tengkorak Topi Jerami pun akhirnya bukan hanya sekadar hobi budaya populer, melainkan bisa dibaca sebagai simbol kritik.
Ironisnya, semangat perlawanan yang lahir dari dunia fiksi justru menghadapi respons represif di dunia nyata.
Boleh atau Tidak Mengibarkan?
Baca Juga: Satu Kecamatan, Satu Koperasi Merah Putih: Target Baru Pemkab Paser
Dosen hukum tata negara Universitas Mulawarman, Herdiansyah Hamzah, menegaskan bahwa pengibaran bendera One Piece tidak dilarang undang-undang, asalkan posisinya tidak melebihi atau lebih besar dari Bendera Merah Putih.
“Pengibaran bendera itu tidak dilarang selama tidak lebih tinggi atau lebih besar dari bendera Merah Putih. Dalam banyak kasus, posisi bendera One Piece tetap berada di bawah Merah Putih,” jelas Castro, sapaan akrabnya.
Ia juga menekankan, tidak ada ketentuan hukum yang menyebutkan larangan terhadap bendera One Piece. Simbol tersebut tidak merepresentasikan negara asing maupun organisasi terlarang.
“Bagaimanapun, yang namanya bendera negara itu harus ditempatkan lebih tinggi dibanding bendera-bendera yang lain. Mau dia bendera partai politik kek, atau remas kek. Ini juga bukan bendera palu arit,” tambahnya.
Simbol Fiksi, Kritik Nyata
Pengamat politik Universitas Mulawarman, Saipul Bahtiar, menilai fenomena ini lebih dari sekadar fandom.
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 HP RAM 8 GB Paling Murah dengan Spesifikasi Gaming, Mulai Rp1 Jutaan
- 5 Tablet Snapdragon Mulai Rp1 Jutaan, Cocok untuk Pekerja Kantoran
- 7 Rekomendasi Sepatu Jalan Kaki Terbaik Budget Pekerja yang Naik Kendaraan Umum
- 7 Rekomendasi Body Lotion dengan SPF 50 untuk Usia 40 Tahun ke Atas
- 7 Pilihan Sepatu Lokal Selevel Hoka untuk Lari dan Bergaya, Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
-
Rolas Sitinjak: Kriminalisasi Busuk dalam Kasus Tambang Ilegal PT Position, Polisi Pun Jadi Korban
-
Menkeu Purbaya Ungkap Ada K/L yang Balikin Duit Rp3,5 T Gara-Gara Tak Sanggup Belanja!
-
Vinfast Serius Garap Pasar Indonesia, Ini Strategi di Tengah Gempuran Mobil China
Terkini
-
Belanja Pegawai Ditekan, Kutim Upayakan TPP ASN Tidak Terpangkas
-
Jaga Identitas di IKN, DPRD PPU Siapkan Payung Hukum untuk Adat Paser
-
Dugaan Kriminalisasi Aktivis Lingkungan di Kaltim: MT Ditahan 100 Hari Tanpa Bukti Baru
-
Kutim Terjebak Warisan Lubang Tambang? Bupati ke KPC: Harusnya Jadi Sumber Penghidupan
-
Dekat IKN, 9.800 Keluarga di PPU Belum Punya Rumah