SuaraKaltim.id - Dinas Kehutanan Kalimantan Timur (Kaltim) menilai titik rawan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di sekitar Ibu Kota Nusantara (IKN) justru lebih banyak dipicu aktivitas manusia di luar kawasan inti pembangunan.
Hal itu disampaikan epala UPTD Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Telake Dishut Kaltim, Shahar Al-HaqqShahar, di Samarinda, Sabtu, 16 Agustus 2025.
"Ancaman itu banyak berada di luar kawasan. Mereka itu kadang berladang, berkebun, yang membakar dengan pola-pola yang bukan kearifan lokal, sehingga ketika terjadi kebakaran, mereka susah mengendalikan dan akhirnya masuklah ke wilayah IKN," ujar Shahar, disadur dari ANTARA, Minggu, 17 Agustus 2025.
Menurut Shahar, praktik membuka lahan dengan cara membakar masih menjadi pemicu utama.
Api yang ditinggalkan kerap merambat tanpa kendali hingga memasuki hutan produksi yang juga bagian dari kawasan IKN.
Ia menekankan, nyaris semua kasus kebakaran di wilayah kerjanya berasal dari ulah manusia, bukan faktor alam.
Bahkan, puntung rokok yang dibuang sembarangan di musim kemarau pernah memicu insiden besar yang menyita perhatian nasional.
Sebagai kawasan strategis dengan 60 persen area hijau, IKN kini menjadi sorotan global.
Karena itu, kata Shahar, kemunculan satu titik panas saja—meski belum tentu berujung kebakaran—bisa dengan cepat berkembang menjadi isu internasional.
Baca Juga: IKN Tahap II: Dari Infrastruktur ke Simbol Utuhnya Pemerintahan Baru
Mengantisipasi risiko itu, KPHP Telake mengubah strategi mitigasi dengan memperkuat lapisan luar IKN.
"Fokus utama bukan lagi hanya pada area di dalam IKN yang dianggap sudah relatif aman dan terkendali, melainkan pada zona penyangga di sekitarnya," tegas Shahar.
Upaya tersebut melibatkan berbagai pihak, mulai KPHP Meratus, KPHP Bongan, Pemkab Penajam Paser Utara (PPU), hingga Otorita IKN.
Tenaga teknis Dishut Kaltim juga memberi pelatihan mitigasi karhutla kepada staf Otorita IKN yang sebagian besar masih muda.
Shahar menambahkan, strategi ini tidak akan efektif tanpa keterlibatan warga sekitar.
Karena itu, Dishut Kaltim membentuk kelompok Masyarakat Peduli Api (MPA) di desa-desa, lengkap dengan pembekalan, pelatihan, serta sarana pemadaman sederhana agar bisa menjadi garda terdepan menghadapi ancaman karhutla.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Body Lotion di Indomaret untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Rawat Garis Penuaan
- 7 Rekomendasi Lipstik Transferproof untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp20 Ribuan
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 14 November: Ada Beckham 111, Magic Curve, dan Gems
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 6 Tablet RAM 8 GB Paling Murah untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp2 Jutaan
Pilihan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
-
Catatan Gila Charly van Oosterhout, Pemain Keturunan Indonesia di Ajax: 28 Laga 19 Gol
Terkini
-
5 Sunscreen Terbaik untuk Pelajar dan Mahasiswa, Harga Mulai 18 Ribuan
-
5 Link DANA Kaget untuk Tambahan Belanja, Saldo Rp397 Ribu Langsung Cair
-
5 Link DANA Kaget Terbaru di Hari Minggu, Saldonya Bernilai Rp499 Ribu
-
Belanja Pegawai Ditekan, Kutim Upayakan TPP ASN Tidak Terpangkas
-
Jaga Identitas di IKN, DPRD PPU Siapkan Payung Hukum untuk Adat Paser