Denada S Putri
Minggu, 17 Agustus 2025 | 17:26 WIB
Ilustrasi Karhutla. [Antara]

SuaraKaltim.id - Dinas Kehutanan Kalimantan Timur (Kaltim) menilai titik rawan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di sekitar Ibu Kota Nusantara (IKN) justru lebih banyak dipicu aktivitas manusia di luar kawasan inti pembangunan.

Hal itu disampaikan epala UPTD Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Telake Dishut Kaltim, Shahar Al-HaqqShahar, di Samarinda, Sabtu, 16 Agustus 2025.

"Ancaman itu banyak berada di luar kawasan. Mereka itu kadang berladang, berkebun, yang membakar dengan pola-pola yang bukan kearifan lokal, sehingga ketika terjadi kebakaran, mereka susah mengendalikan dan akhirnya masuklah ke wilayah IKN," ujar Shahar, disadur dari ANTARA, Minggu, 17 Agustus 2025.

Menurut Shahar, praktik membuka lahan dengan cara membakar masih menjadi pemicu utama.

Api yang ditinggalkan kerap merambat tanpa kendali hingga memasuki hutan produksi yang juga bagian dari kawasan IKN.

Ia menekankan, nyaris semua kasus kebakaran di wilayah kerjanya berasal dari ulah manusia, bukan faktor alam.

Bahkan, puntung rokok yang dibuang sembarangan di musim kemarau pernah memicu insiden besar yang menyita perhatian nasional.

Sebagai kawasan strategis dengan 60 persen area hijau, IKN kini menjadi sorotan global.

Karena itu, kata Shahar, kemunculan satu titik panas saja—meski belum tentu berujung kebakaran—bisa dengan cepat berkembang menjadi isu internasional.

Baca Juga: IKN Tahap II: Dari Infrastruktur ke Simbol Utuhnya Pemerintahan Baru

Mengantisipasi risiko itu, KPHP Telake mengubah strategi mitigasi dengan memperkuat lapisan luar IKN.

"Fokus utama bukan lagi hanya pada area di dalam IKN yang dianggap sudah relatif aman dan terkendali, melainkan pada zona penyangga di sekitarnya," tegas Shahar.

Upaya tersebut melibatkan berbagai pihak, mulai KPHP Meratus, KPHP Bongan, Pemkab Penajam Paser Utara (PPU), hingga Otorita IKN.

Tenaga teknis Dishut Kaltim juga memberi pelatihan mitigasi karhutla kepada staf Otorita IKN yang sebagian besar masih muda.

Shahar menambahkan, strategi ini tidak akan efektif tanpa keterlibatan warga sekitar.

Karena itu, Dishut Kaltim membentuk kelompok Masyarakat Peduli Api (MPA) di desa-desa, lengkap dengan pembekalan, pelatihan, serta sarana pemadaman sederhana agar bisa menjadi garda terdepan menghadapi ancaman karhutla.

Load More