Denada S Putri
Minggu, 07 September 2025 | 19:59 WIB
Plt Kadisdikbud Kaltim Armin (kiri), dan Ketua DPRD Kaltim Hasanuddin Mas’ud (kanan). [Presisi.co]

SuaraKaltim.id - Kontroversi kewajiban membeli buku Mengubah Nasib karya Ketua DPRD Kalimantan Timur (Kaltim) Hasanuddin Mas’ud mencuat ke ruang publik.

Buku yang awalnya disebut sebagai bacaan inspiratif itu diduga beredar di sejumlah sekolah dengan cara yang dianggap bermasalah.

Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kaltim, Armin, menegaskan penolakannya terhadap praktik mewajibkan siswa membeli buku di luar kurikulum resmi.

Hal itu disampaikan Armin, saat dikonfirmasi Kamis 4 September 2025.

“Saya dosen juga, dan tidak pernah mewajibkan mahasiswa membeli buku. Saya hanya menyebutkan referensinya. Mereka bebas memilih cari sendiri, versi digital, atau baca di perpustakaan,” ujarnya disadur dari Presisi.co--Jaringan Suara.com, Minggu, 7 September 2025.

Armin menekankan, penyediaan buku adalah kewajiban sekolah dan pemerintah, bukan dibebankan kepada siswa.

Ia menyinggung kebijakan Pemprov Kaltim yang telah memberikan seragam dan makan gratis sebagai contoh konsistensi dukungan negara terhadap pendidikan.

“Kalau seragam dan makan saja gratis, buku juga seharusnya gratis. Jangan sampai ada kesan dipaksa beli buku, apalagi kalau penulisnya pejabat publik. Ini bisa menimbulkan relasi kuasa dan konflik kepentingan,” tegasnya.

Lebih jauh, Armin meragukan urgensi dan relevansi buku tersebut dalam dunia pendidikan.

Baca Juga: BI: Inflasi Kaltim 1,79 Persen, Lebih Rendah dari Nasional

“Tidak ada ide brilian atau solusi pendidikan di buku itu. Kalau memang mau menyumbang karya, ya sumbangkan saja ke perpustakaan sekolah,” katanya.

Ia juga memberi peringatan agar ruang pendidikan tidak disalahgunakan sebagai arena politik.

“Ini bisa menimbulkan kesan kampanye dini, apalagi kalau dipaksakan masuk ke sekolah-sekolah. Kita harus menjaga ruang pendidikan tetap netral dan murni,” pungkasnya.

Sementara itu, Hasanuddin Mas’ud mengklarifikasi bahwa dirinya tidak mengetahui peredaran bukunya di sekolah.

Ia menjelaskan, karya autobiografi tersebut sudah terbit sejak 2020 atau 2021 lalu.

“Itu buku biografi saya. Dicetak pertama sekitar tahun 2020 atau 2021. Saya tidak tahu kalau sekarang dijual. Saya juga tidak dapat royalti,” ungkap Hasanuddin.

Load More