- SMA 13 Samarinda Jadi Sorotan, Satgas Akui Ada Celah dalam Pengawasan MBG
- BGN Akui Mahakam Ulu Masih Jadi 'Blank Spot' MBG di Kaltim
- Makanan Gratis Jadi Basi, DPRD Kaltim Desak Perbaikan Sistem MBG
SuaraKaltim.id - Meski bertujuan menambah asupan gizi bagi pelajar, pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kalimantan Timur (Kaltim) masih menyisakan pekerjaan rumah di sisi keamanan pangan.
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kaltim menekankan bahwa ketepatan waktu konsumsi makanan menjadi faktor krusial agar tidak memicu keracunan.
Kepala Dinkes Kaltim, Jaya Mualimin, menyebut makanan yang disajikan dalam program MBG memiliki batas waktu konsumsi yang ketat, terutama untuk jenis makanan berkuah dan basah.
Hal itu disampaikannya saat berada di Samarinda, Sabtu, 27 September 2025.
“Idealnya makanan harus habis dalam empat jam setelah dimasak. Lewat dari itu, risiko terkontaminasi bakteri meningkat drastis,” ujarnya, disadur dari Presisi.co--Jaringan Suara.com, Minggu, 28 September 2025.
Ia mencontohkan kasus di Samarinda, di mana sejumlah siswa sempat mengalami gangguan pencernaan karena mengonsumsi makanan MBG yang sudah dibiarkan terlalu lama.
“Mereka baru makan usai Salat Jumat, padahal makanan telah disajikan sebelumnya. Kondisi makanan sudah menurun kualitasnya. Akibatnya, anak-anak merasa tidak nyaman di lambung,” jelasnya.
Untuk mengantisipasi kejadian serupa, Dinkes Kaltim melakukan pembekalan kepada penjamah makanan, mulai dari pemilihan bahan baku, cara memasak yang benar, hingga distribusi ke sekolah.
Selain itu, dilakukan pengawasan ketat dengan pengambilan sampel makanan sebelum dibagikan.
Baca Juga: Makanan Gratis Jadi Basi, DPRD Kaltim Desak Perbaikan Sistem MBG
“Jika sampel makanan dinyatakan aman, baru bisa dibagikan. Kalau ditemukan potensi bahaya, distribusi langsung dihentikan,” tegas Jaya.
Puskesmas pun diposisikan sebagai lini pertama dalam penanganan darurat jika muncul dugaan keracunan, dengan rujukan ke rumah sakit bila diperlukan. Penyelidikan epidemiologi juga disiapkan untuk mengetahui sumber masalah.
Selain bahaya keracunan, Dinkes turut mengingatkan soal risiko alergi makanan pada anak.
“Kalau alergi biasanya spesifik seperti terhadap seafood. Tapi kalau makanannya basi, semua bisa terdampak,” katanya.
Untuk menjamin keberlanjutan program, bahan pangan MBG dipasok dari produk lokal yang mudah didapat, seperti telur, sayuran, dan ikan haruan. Upaya pemetaan rantai pasok juga diperkuat agar distribusi berjalan lancar, higienis, dan tidak melewati masa kedaluwarsa.
“Niat baik untuk meningkatkan gizi anak jangan sampai terganggu oleh kelalaian teknis di lapangan. Keamanan pangan adalah hal utama,” tutup Jaya.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Motor Matic Paling Nyaman & Kuat Nanjak untuk Liburan Naik Gunung Berboncengan
- 5 Mobil Bekas yang Perawatannya Mahal, Ada SUV dan MPV
- 5 Perbedaan Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia yang Sering Dianggap Sama
- 5 Mobil SUV Bekas Terbaik di Bawah Rp 100 Juta, Keluarga Nyaman Pergi Jauh
- 13 Promo Makanan Spesial Hari Natal 2025, Banyak Diskon dan Paket Hemat
Pilihan
-
Senjakala di Molineux: Nestapa Wolves yang Menulis Ulang Rekor Terburuk Liga Inggris
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
-
Libur Nataru di Kota Solo: Volume Kendaraan Menurun, Rumah Jokowi Ramai Dikunjungi Wisatawan
-
Genjot Daya Beli Akhir Tahun, Pemerintah Percepat Penyaluran BLT Kesra untuk 29,9 Juta Keluarga
Terkini
-
Harga Emas di Pegadaian Hari Ini Meroket, Berikut Daftar Lengkapnya
-
5 Motor Matic yang Nyaman untuk Harian, Tangguh Diajak Jalan Jauh
-
5 Mobil BMW Bekas di Bawah 100 Juta, Elegan dengan Fitur Kenyamanan Ekstra
-
7 Mobil Kecil Bekas Mulai 30 Jutaan: Mesin Gahar, Berteknologi Tinggi
-
4 Mobil Kecil Suzuki Bekas yang Mesinnya Awet dan Andal, Cocok buat Pemula