-
Sebanyak 35 warga Sangasanga, Kukar, menggugat aktivitas tambang yang beroperasi terlalu dekat dengan permukiman karena dinilai menimbulkan debu, kebisingan, dan gangguan kesehatan.
-
Kuasa hukum warga, Paulinus Dugis, menegaskan masyarakat berhak menuntut lingkungan hidup yang baik dan tidak dapat dijerat hukum atas aksi protes mereka.
-
Warga mendesak perusahaan menyelesaikan pembebasan lahan serta mematuhi regulasi lingkungan, sementara pemerintah diminta memperketat pengawasan agar konflik serupa tidak berulang.
SuaraKaltim.id - Ketegangan antara warga dan perusahaan tambang kembali mencuat di Kalimantan Timur, tepatnya di Kecamatan Sangasanga, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar).
Perselisihan ini muncul setelah aktivitas tambang diduga dilakukan terlalu dekat dengan permukiman warga tanpa memenuhi kewajiban terhadap masyarakat terdampak.
Kuasa Hukum warga, Paulinus Dugis, menyampaikan bahwa sebanyak 35 warga telah memberikan kuasa hukum kepadanya untuk menuntut keadilan.
“Warga menuntut haknya akibat pertambangan yang berada di dekat permukiman,” ujar Paulinus, dikutip dari kaltimtoday.co--Jaringan Suara.com, Rabu, 15 Oktober 2025.
Ia menjelaskan, dampak langsung dari kegiatan tambang mulai dirasakan warga, seperti debu pekat dan kebisingan yang mengganggu kesehatan dan waktu istirahat masyarakat.
Bahkan, warga yang sempat menggelar aksi protes justru dilaporkan ke polisi oleh pihak perusahaan atas tuduhan mengganggu aktivitas pertambangan.
“Padahal sudah jelas dalam aturan, masyarakat yang menuntut hak atas lingkungan hidup yang baik tidak dapat dituntut pidana maupun perdata,” tegasnya.
Paulinus menilai, langkah hukum perusahaan tersebut tidak sejalan dengan prinsip perlindungan warga yang diatur dalam regulasi lingkungan hidup.
Ia meminta agar perusahaan segera menyelesaikan pembebasan lahan dan mematuhi prosedur hukum sebelum melanjutkan kegiatan tambang.
Baca Juga: Dua Kades Diduga Terlibat Tambang Emas Ilegal di Tabang, Camat: Mereka Tak Paham Aturan
“Perusahaan seharusnya menjalankan kewajiban sesuai regulasi dan memperhatikan hak masyarakat yang terdampak,” tandasnya.
Dengan kondisi Sangasanga yang berada di kawasan padat penduduk dan berdekatan dengan jalur tambang aktif, konflik semacam ini dikhawatirkan akan terus berulang jika tidak ada pengawasan lebih ketat dari pemerintah dan aparat penegak hukum.
Berita Terkait
Terpopuler
- Selamat Datang Elkan Baggott, Belum Kering Tangis Timnas Indonesia
- Pondok Pesantren Lirboyo Disorot Usai Kasus Trans 7, Ini Deretan Tokoh Jebolannya
- 3 Alasan Presiden Como Mirwan Suwarso Pantas Jadi Ketum PSSI yang Baru
- Apa Acara Trans7 yang Diduga Lecehkan Pesantren Lirboyo? Berujung Tagar Boikot di Medsos
- 17 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 13 Oktober 2025, Banjir 16.000 Gems dan Pemain Acak 106-110
Pilihan
-
Isu HRD Ramai-ramai Blacklist Lulusan SMAN 1 Cimarga Imbas Kasus Viral Siswa Merokok
-
Sah! Garuda Indonesia Tunjuk eks Petinggi Singapore Airlines jadi Direktur Keuangan
-
Gaji Program Magang Nasional Dijamin Tak Telat, Langsung Dibayar dari APBN
-
Emas Terbang Tinggi! Harga Antam Tembus Rp 2.596.000, Cetak Rekor di Pegadaian
-
Bikin Geger! Gunung Lawu Dilelang jadi Proyek Geothermal, ESDM: Sudah Kami Keluarkan!
Terkini
-
Pemprov Kaltim Matangkan Skema Baru TPP ASN, Transparansi Publik Jadi Sorotan
-
Anak Sekitar IKN Dapat Menu Bergizi Gratis, tapi Harus Lapor Kalau Alergi Makanan!
-
Memancing Berujung Mencekam, Warga Balikpapan Diserang Buaya
-
Jembatan Layang Air Hitam, 10 Tahun Berselang: Keindahan Memudar, Kekhawatiran Meningkat
-
Proses NIP untuk 1.705 Tenaga Honorer PPU Kunci Peralihan Status di Kawasan IKN