Denada S Putri
Selasa, 04 November 2025 | 17:05 WIB
Paimin, petani di Kelurahan Bukit Biru, Tenggarong, Kukar. [ANTARA]
Baca 10 detik
  • Petani Bukit Biru di Tenggarong mulai merasakan hasil modernisasi pertanian berkat pendampingan Bank Indonesia Kaltim, termasuk penggunaan drone untuk penyemprotan lahan dan pelatihan petani muda bersertifikat.

  • Penerapan sistem Low External Input Sustainable Agriculture (LEISA) berhasil meningkatkan produktivitas padi hingga 74 persen, dari 3,6 ton menjadi 6,2 ton gabah kering giling per hektare.

  • Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara berencana memperluas sistem LEISA karena dinilai mampu mendorong pertanian organik yang ramah lingkungan dan memperkuat ketahanan pangan daerah.

SuaraKaltim.id - Di bawah teriknya matahari pagi, Paimin (55), petani asal Kelurahan Bukit Biru, Tenggarong, tampak sibuk menggerakkan sorok—alat tradisional berbahan kayu dan besi yang digunakannya untuk meratakan tanah sawah.

Meski sederhana, alat itu menjadi sahabat setianya dalam mengolah lahan seluas 25 borong yang ia miliki.

Hal itu disampaikan Paimin, Senin, 3 November 2025.

“Biasanya saya menanam padi IR 32, tapi kali ini saya coba-coba pindah bibit ke AGT 303 karena berasnya lebih pulen dan wangi, hasilnya juga lebih bagus, maka penghasilannya juga akan lebih tinggi,” ujar Paimin, dikutip dari ANTARA, Rabu, 4 November 2025.

Petani yang tergabung dalam Kelompok Tani (Poktan) Suka Maju ini merupakan bagian dari Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Bukit Biru yang kini mulai merasakan hasil nyata modernisasi pertanian.

Dengan luas garapan total sekitar 23 hektare, kelompok ini kini mampu meningkatkan hasil panen berkat pendampingan dari Bank Indonesia (BI) Kalimantan Timur.

“Kenaikan ini berkat pendampingan dan pembinaan yang dilakukan Bank Indonesia. Kami juga sudah memakai drone untuk penyemprotan padi. Ada tiga petani muda yang dikursuskan menjadi operator drone. Tiga orang ini bahkan sudah bersertifikasi,” katanya.

Penerapan Sistem LEISA Dongkrak Hasil Panen hingga 74 Persen

Program Low External Input Sustainable Agriculture (LEISA) yang diterapkan di Kelurahan Bukit Biru menjadi tonggak perubahan besar.

Baca Juga: Dari Gula ke Gangguan Aliran Darah: Tren Baru Penyakit Vaskular di Usia Produktif

Sistem ini menekankan pertanian berkelanjutan dengan meminimalkan penggunaan pupuk dan pestisida kimia, sekaligus memanfaatkan teknologi pertanian modern seperti drone sprayer.

Kepala Perwakilan BI Kaltim, Budi Widihartanto, menyebut hasil uji coba sistem LEISA sangat menggembirakan.

“BI Kaltim sebagai pendorong uji coba penerapan sistem LEISA, tentu sangat senang dengan hasil yang dicapai, karena dari uji coba yang diterapkan di Kelurahan Bukit Biru menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan, yakni naik 74 persen,” katanya.

Dari uji coba di dua Gapoktan—Citarum dan Suka Maju—rata-rata produktivitas mencapai 6,2 ton gabah kering giling (GKG) per hektare, naik tajam dibanding sebelumnya hanya 3,6 ton.

Budi menilai keberhasilan ini menjadi langkah penting dalam memperkuat ketahanan pangan lokal sekaligus menjaga kestabilan harga.

“Panen ini akan terus berlanjut dengan kolaborasi bersama pemerintah dan perguruan tinggi. Melalui ini kami yakin swasembada pangan Kaltim bisa tercapai. Kami berharap program ini bisa menjadi inspirasi bagi pihak terkait untuk memperluas dukungan fiskal kepada petani,” ujarnya.

Load More