Denada S Putri
Minggu, 02 November 2025 | 18:28 WIB
Ilustrasi penyakit vaskular di usia produktif. [Ist]
Baca 10 detik
  • Penyakit pembuluh darah kini banyak menyerang usia produktif, bukan lagi dominan pada lansia, akibat pola hidup tidak sehat dan konsumsi gula berlebih.

  • dr Suhartono menekankan pentingnya deteksi dini dan penanganan modern, di mana prosedur minimal invasif seperti angioplasti dan stent membuat perawatan lebih aman, cepat, dan minim risiko.

  • Keterbatasan alat medis impor dan minimnya dokter bedah vaskular menjadi tantangan besar, sementara pencegahan sederhana seperti olahraga, pola makan seimbang, dan berhenti merokok tetap menjadi kunci menjaga kesehatan pembuluh darah.

SuaraKaltim.id - Pergeseran pola penyakit pembuluh darah kini menjadi perhatian serius dunia medis. dr Suhartono, dokter ahli bedah pembuluh darah, menyoroti bahwa gangguan vaskular kini banyak menyerang kelompok usia produktif akibat gaya hidup tidak sehat dan konsumsi gula berlebihan.

“Kalau dulu pasien kami rata-rata usia 60 ke atas, sekarang banyak yang datang di usia 40-an. Ini alarm bagi kita semua,” ujarnya di Balikpapan pertengahan pekan ini, dikutip dari ANTARA, Minggu, 2 November 2025.

Fenomena ini menunjukkan bahwa penyakit pembuluh darah tak lagi identik dengan usia lanjut.

“Kalau sumbatan terjadi di kaki, bisa berujung luka yang tidak sembuh dan berakhir amputasi. Jadi ini bukan hanya gangguan aliran darah, tapi bisa memengaruhi kualitas hidup,” tambahnya.

Menurut dr Suhartono, kemajuan teknologi kedokteran kini memungkinkan penanganan yang lebih aman dan efisien melalui prosedur minimal invasif, seperti balon angioplasti dan stent.

“Nyeri lebih ringan, masa rawat lebih singkat, dan risiko komplikasi jauh lebih rendah dibanding operasi terbuka,” jelasnya.

Ia juga menjelaskan sejumlah inovasi medis terkini, termasuk EVAR dan TEVAR untuk menangani aneurisma, serta laser dan radiofrequency ablation (RFA) bagi pasien varises dan trombosis vena dalam.

Rumah sakit tempatnya bertugas juga menangani pasien hemodialisis melalui pembuatan saluran khusus atau fistula/graft.

Meski begitu, dr Suhartono mengakui bahwa tantangan biaya dan ketersediaan sumber daya manusia masih menjadi hambatan besar.

Baca Juga: Kaltim Pimpin Transaksi Digital di Kalimantan, Nilai QRIS Tembus Rp 5,9 Triliun

Banyak alat medis masih bergantung pada impor dan bersifat sekali pakai, sementara jumlah dokter bedah vaskular di Indonesia baru sekitar 120 orang, jauh dari kebutuhan ideal ribuan tenaga untuk melayani seluruh populasi.

“Ini tantangan kita bersama untuk pemerataan layanan,” ujarnya.

Ia juga menyoroti perlunya peran media dalam memperluas literasi kesehatan masyarakat.

“Pencegahan bisa dimulai dari hal sederhana: olahraga, makan seimbang, berhenti merokok, dan rutin cek tekanan darah,” pungkasnya.

Load More