Denada S Putri
Sabtu, 01 November 2025 | 20:18 WIB
Ilustrasi QRIS (qris.interactive.co.id)
Baca 10 detik
  • Kaltim mencatat transaksi non-tunai tertinggi di Kalimantan, dengan nilai QRIS mencapai Rp5,92 triliun atau 55 persen dari total transaksi digital kawasan.

  • Pertumbuhan ekonomi Kaltim didorong pesatnya penggunaan sistem pembayaran digital, terutama di sektor ritel yang semakin mengandalkan transaksi non-tunai.

  • Sinergi antara BI, OJK, perbankan, dan pelaku sistem pembayaran dinilai menjadi kunci keberhasilan Kaltim dalam memperluas ekosistem transaksi digital yang terus tumbuh di atas 100 persen setiap tahun.

SuaraKaltim.id - Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) kini menempati posisi terdepan dalam penggunaan transaksi non-tunai di Pulau Kalimantan.

Perkembangan pesat sistem pembayaran digital menjadi salah satu pendorong utama aktivitas ekonomi di daerah tersebut, terutama di sektor ritel.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Kaltim, Budi Widihartanto, mengungkapkan bahwa lebih dari separuh transaksi digital di Kalimantan terjadi di Kaltim.

Hal itu disampaikan Budi saat berada di Samarinda, Jumat, 31 Oktober 2025.

“Pertumbuhan ekonomi kita kemarin adalah tingginya transaksi digital. Ini membantu percepatan transaksi di sektor ritel,” ungkap Budi disadur dari ANTARA, Sabtu, 1 November 2025.

Berdasarkan data BI, hingga pertengahan 2025, nilai transaksi melalui QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) di Kaltim telah mencapai Rp 5,92 triliun—setara 55 persen dari total transaksi digital di seluruh Kalimantan.

“Bisa dibayangkan, 45 persen sisanya itu baru tersebar di wilayah Kalimantan lainnya. Jadi kita ini termasuk yang paling tinggi untuk transaksi non-tunai,” ujarnya.

Menurut Budi, keberhasilan tersebut tak lepas dari kerja sama yang solid antara BI, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), perbankan, dan para pelaku sistem pembayaran yang aktif memperluas penggunaan instrumen digital.

“Alhamdulillah, kerja sama antara BI, OJK, dan teman-teman dari perbankan maupun pelaku sistem pembayaran sangat baik dan kompak. Kita bisa lihat bersama, baik dari sisi pengguna maupun merchant, sekarang sudah terbiasa menggunakan QRIS dan Electronic Data Capture (EDC),” jelasnya.

Baca Juga: Rp 16,8 Miliar Disiapkan Pemprov Kaltim untuk Pemerataan Tenaga Dokter Spesialis di IGD

Ia menambahkan, tren pembayaran digital di “Bumi Etam” terus menunjukkan lonjakan signifikan setiap tahunnya.

“Pembayaran non-tunai terus kita kembangkan di Bumi Etam. Alhamdulillah, perkembangannya terus di atas 100 persen, bahkan sempat mencapai 300 persen,” ujarnya.

Dengan pertumbuhan tersebut, Kaltim tidak hanya menjadi pusat aktivitas ekonomi berbasis digital di Kalimantan, tetapi juga mencerminkan kesiapan daerah menghadapi transformasi keuangan yang lebih inklusif dan efisien.

Load More