Denada S Putri
Sabtu, 08 November 2025 | 19:57 WIB
Logo PT Kaltim Prima Coal (KPC). [Ist]
Baca 10 detik
  • Bupati Kutim menilai pemanfaatan lahan eks tambang KPC belum optimal dan belum memberikan manfaat ekonomi nyata bagi masyarakat sekitar.

  • Ardiansyah menegaskan pentingnya perencanaan pascatambang sejak masa eksploitasi, agar kawasan tambang tidak mengalami krisis ekonomi seperti Loa Kulu, Sanga-Sanga, dan Sawahlunto.

  • Pemkab Kutim mendorong pengembangan ekonomi hijau pascatambang, termasuk Kawasan Telaga Batu Arang dan program DOC ayam kampung untuk menciptakan sumber penghidupan baru yang berkelanjutan.

SuaraKaltim.id - Bupati Kutai Timur (Kutim) Ardiansyah Sulaiman menyoroti belum optimalnya pemanfaatan lahan bekas tambang milik PT Kaltim Prima Coal (KPC).

Menurutnya, program pascatambang KPC belum memberikan dampak ekonomi yang signifikan bagi masyarakat di sekitar wilayah operasional.

“Saya kecewa melihat lahan-lahan eks tambang KPC yang begitu luas, tapi tidak memberi nilai ekonomi bagi warga. Padahal kalau dikelola dengan benar, lahan itu bisa menjadi sumber penghidupan baru,” tegasnya, dikutip dari timeskaltim.com--Jaringan Suara.com, Sabtu, 8 November 2025.

Pernyataan tersebut ia sampaikan secara langsung kepada Dirjen Mineral dan Batubara Kementerian ESDM, Tri Winarno, dalam Seminar Nasional bertema “Optimalisasi Keberlanjutan Tambang Menuju Kemandirian Ekonomi Masyarakat di Era Pascatambang” yang digelar di Kantor Bupati Kutim, belum lama ini.

Ardiansyah menegaskan bahwa kegiatan pascatambang harus dirancang sejak masa eksploitasi masih berlangsung, bukan setelah tambang tutup.

“Tambang harus menyisakan kehidupan, bukan lubang,” tegasnya.

Ia juga menilai kebun sawit yang berada di lahan bekas tambang KPC hingga kini belum memberi manfaat ekonomi langsung bagi warga sekitar.

“Kebun sawit itu seharusnya bisa menjadi bagian dari program pemberdayaan masyarakat. Pemerintah daerah terbuka bekerja sama dengan BUMDes atau koperasi agar manfaatnya dirasakan rakyat,” ujarnya.

Ia memperingatkan bahwa tanpa perencanaan berkelanjutan, kawasan tambang berpotensi mengalami keterpurukan ekonomi seperti yang terjadi di Loa Kulu dan Sanga-Sanga di Kukar maupun Sawahlunto di Sumatera Barat.

Baca Juga: Bontang Tak Lepas Tanggung Jawab, Warga Sidrap Tetap Dilayani Meski Masuk Kutim

“Kita tidak mau Kutim bernasib sama. Konsep ESG (Environment, Social, Governance) harus diterapkan nyata di lapangan,” lanjutnya.

Dalam kesempatan yang sama, Ardiansyah menyebut salah satu contoh praktik pascatambang yang lebih berhasil yakni PT Indominco Mandiri yang mampu mengubah area void menjadi sumber air baku masyarakat di Teluk Pandan.

Pemkab Kutim kini mengarah pada pengembangan Kawasan Telaga Batu Arang sebagai model ekonomi hijau pascatambang, yang dirancang menjadi pusat pelatihan, destinasi wisata edukasi, sekaligus penyedia air bersih.

Selain itu, pemerintah daerah juga mendukung program DOC (Day Old Chick) ayam kampung unggul yang digagas KPC untuk mendorong Kutim sebagai sentra peternakan ayam kampung di Kaltim.

“Kita ingin menciptakan ekonomi baru yang berkelanjutan. Melalui Telaga Batu Arang dan program DOC ayam kampung, Kutim siap menjadi pusat pertumbuhan ekonomi hijau pascatambang,” pungkasnya.

Load More