SuaraKaltim.id - Saban hujan datang, sebagian Kota Samarinda bagian utara menjadi langganan banjir.
Ibarat kebiasaan, warga yang kerap kebanjiran sudah langsung mengamankan barang-barang berharga dari genangan air.
Senin (19/10/2020), Samarinda kembali diguyur hujan sejak pagi. Sekira pukul 08.00 Wita, debit air mulai meningkat.
Sebelumnya, permukaan air setinggi mata kaki orang dewasa. Namun, perlahan mulai terlihat naik.
Baca Juga:Banjir Samarinda, Belasan Kendaraan Mogok Termasuk Mobil Jenazah Covid-19
Ketua RT 17 Gunung Lingai, Trisno sudah berkeliling ke rumah-rumah warga. Dia membawa beberapa karung beras untuk mengumpulkan sampah-sampah plastik yang hanyut ke kawasan RT 17.
“Sejak kemarin sudah banjir, kemarin airnya tinggi sekali. Hampir lima karung sampah plastik yang saya kumpulkan,” kata trisno di Samarinda (19/10/2020).

Dikisahkan Trisno, RT 17 Gunung Lingai mulai merasakan banjir sejak tahun 2010. Penyebabnya, kata dia, adalah pembangunan sebuah komplek perumahan mewah di Samarinda Utara.
Warga tidak bisa berbuat apa-apa, lantaran RT 17 memang kawasan rendah dan menjadi penadah air setelah banjir datang.
“Sebelumnya tahun 2010 itu kami tidak pernah kebanjiran. Setelah tahun 2010, perumahan Citraland dibangun, baru kami kebanjiran ini. Ya terbiasa sampai sekarang ini,” kata Trisno.
Baca Juga:Takut Kakaknya Dicerai, Siswi SMP di Samarinda Tak Kuasa Dirudapaksa Ipar
Setidaknya ada 76 KK di RT 17 Gunung Lingai, yang menjadi pelanggan tetap banjir saat hujan datang.
Meski sebagian warga berupaya meninggikan rumah, namun banjir tetap merembes hingga ke bagian dalam jika curah hujan meningkat.
“Ini di dalam rumah saya sudah masuk air. Kemarin yang parah. Di luar rumah sampai hampir sedada orang dewasa. Kondisi ini ya sudah langganan, kami sudah tidak kaget karena setiap hujan ya begini,” ujarnya.
Sebagai Ketua RT, Trisno merasa bertanggungjawab pada lingkungannya. Dia bahkan sudah bergabung dengan Gerakan Peduli Sungai, untuk meminimalisir pontensi banjir di RT 17 Gunung Lingai yang dekat dengan Sungai Karang Mumus.
Trisno juga memasang jaring di tiap sudut lokasi yang rendah. Jaring ini berfungsi menahan sampah yang larut saat banjir. Ketika surut, sampah-sampah itu akan dia kumpulkan dan dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA).
“Jaring harus dipasang. Jadi nanti kalau pas banjir, sampah bisa terjaring sendiri. Tapi ya tidak semua, jadi harus dikumpulkan juga satu-satu. Kalau tidak begini, RT 17 akan jadi daerah tampungan sampah,” sebutnya.
- 1
- 2