Menurut Fuad, buku How Democracies Die yang dibuat untuk menyelamatkan demokrasi berangkat dari kepemimpinan Donald Trump di Amerika Serikat yang menggunakan politik SARA dan menutup keran bersuara.
"Saya kira pemerintahan Joko Widodo saat ini belum sampai kepada indikator itu. Dan dalam buku tersebut tidak ada menyebut Indonesia. Meskipun disitu, menyinggung Venezuela, Srilanka dan Filipina," katanya.
Fuad beralasan, dalam pemerintahan Jokowi justru oposisi masuk dalam kabinet pemerintah. Sehingga kriteria dalam buku itu tidak tepat dengan kondisi demokrasi Indonesia.
"Justru yang menggunakan SARA dalam politik di Pilpres 2019 kemarin adalah lawannya Jokowi," ungkapnya seperti dikutip dari Suarasumut.id.
Baca Juga:Anies Baca Buku 'How Democracies Die': Trik Politik Menyampaikan Pesan
Sehingga, kata Fuad, tidak cocok jika buku yang dibaca oleh Anies Baswedan dikaitkan dengan kondisi demokrasi Indonesia saat ini.
Meskipun pemerintahan Joko Widodo setahun belakangan mendapat banyak catatan dari penggiat dan pro demokrasi.
"Saya kira foto itu sebagai pernyataan sikap dari Anies Baswedan secara politik. Tujuannya supaya tidak perlu membuat klarifikasi. Saya akui itu adalah foto yang cerdas dan gimik yang cerdas sekali secara politik termasuk pemilihan buku 'How Democracies Die'," pungkasnya.
Diketahui, 'How Democracies Die' adalah buku yang mengupas situasi politik saat Pemilu Amerika Serikat tahun 2016 dan kondisi politik saat pemerintahan Donald Trump.
Baca Juga:Anies Baca Buku, Peneliti UGM Singgung Pemimpin yang Pro Kelompok Ekstremis