SuaraKaltim.id - Jauhnya target partisipasi warga untuk memilih dalam gelaran Pilkada Balikpapan 2020 ternyata juga mendapat sorotan dari komisi pemilihan umum (KPU) setempat yang menilai ada beberapa faktor penyebabnya.
Hal itu disampaikan Ketua KPU Kota Balikpapan Noor Thoha pada Kamis (10/12/2020). Dia mengemukakan, tidak akan mencari pembenaran terkait anjloknya partisipasi pemilih.
“Terkait dengan partisipasi yang anjlok, itu hampir semua pihak itu paham bahwa, nantinya akan seperti ini yang pertama kita tidak mau mencari legitimasi pembenaran. Tapi memang seluruh dunia, pemilu hampir rata-rata partisipasi jadi korban,” ujarnya seperti dilansir Inibalikpapan.com-jaringan Suara.com pada Kamis (10/12/2020).
Dia mengatakan, pihaknya telah melakukan berbagai upaya sesuai dengan tahapan pilkada. Namun, ada beberapa faktor yang menyebabkan jumlah partisipasi anjlok, hingga akhirnya prosentase pemilih hanya sekitar 59 persen.
Baca Juga:Jelang Simulasi PTM, Ribuan Guru di Balikpapan Jalani Rapid Test
“Terkait apa yang dilakukan KPU Kota Balikpapan itu sebenarnya sudah melakukan apa nyang harus dilakukan. Sosialisasi itu sudah all out. Bahwa banyak faktor-faktor yang menyebabkan partisipasi itu turun, kan tidak singel faktor KPU multi faktor,” ujarnya.
Noor Thoha mengemukakan, faktor-faktor yang mempengaruhinya ada beberapa hal, salah satunya kondisi Pandemi Covid-19.
“Banyak dari kondisi pandemi. Dari kondisi yang sekarang ada calon tunggal, kemudian faktor lain karena ideologi, karena keengganan masyarakat, karena faktor ekonomi, macam-macam. Tapi setidaknya KPU sudah melakukan apa yang harus dilakukan,”
Diakuinya, dalam teori demokrasi, kesuksesan pemilu adanya kompetisi dan partisipasi yang tinggi. Pihaknya juga telah bekerja keras, untuk mengejar target partisipasi. Namun pada akhirnya kembali ke masyarakat untuk hadir di TPS dan mencoblos.
“Partisipasi itu kan bukan berarti dibawah 50 persen (pemilih) akhirnya batal. Tapi kan dihitung berdasarkan partisipasi suara sah berapa sih kemenangannya. Artinya partisipasi itu betul-betul, kita kejar itu dalam rangka legitimasi sebenarnya,” ujarnya.
Baca Juga:Gegara Banyak Golput di Pilkada Balikpapan, Pemkot Rugi Puluhan Miliar
Sebelumnya diberitakan, pada Pilkada Balikpapan yang berlangsung Rabu 9 Desember 2020, jumlah warga yang tidak mencoblos atau golput mencapai 41 persen dari jumlah warga yang terdaftar dalam daftar pemilih tetap (DPT) setempat.
Seperti dilansir Inibalikpapan.com, berdasarkan hasil rekapitulasi Pilkada Balikpapan 2020 dari Posko Utama Pemenangan Pasangan Rahmad Mas’ud–Thohari menunjukkan, dari 443.243 DPT hanya 260.463 warga yang mencoblos atau 59 persen.
Sementara, 182.780 atau 41 persen warga memilih golput atau tidak datang ke TPS. Padahal sebelumnya, KPU Kota Balikpapan menargetkan partisipasi mencapai 77,5 persen.
Jumlah tersebut cukup menurun drastis, jika dibandingkan pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 yang jumlah pemilihnya mencapai 80 persen dari jumlah DPT 425.406 orang.
Dari data tersebut, tercatat jumlah partisipasi terendah berada di Kecamatan Balikpapan Selatan yang mencapai 54 persen atau 47.875 orang yang mencoblos dengan jumlah DPT 88.449.
Di wilayah tersebut, Pasangan Rahmad-Thohari meraih 28.911 suara atau 66,22 persen. Sedangkan kolom kosong (kokos) meraih 17.558 suara, sedangkan suara tidak sah 1.406.
Kemudian untuk partisipasi pemilih tertinggi berada di Kecamatan Balikpapan Barat sebanyak 65 persen atau 41.843 dari jumlah DPT 56.633. Pasangan Rahmad–Thohari meraih 27.871 suara, sedangkan kokos meraih 12.156 suara dan suara tidak sah 1.816.