Ahli: Tingginya Polusi Udara yang Terjadi, Sebabkan Resiko Henti Jantung Juga Meningkat

Penelitian tersebut telah dipresentasikan pada Kongres ESC 2021.

Denada S Putri
Senin, 30 Agustus 2021 | 13:36 WIB
Ahli: Tingginya Polusi Udara yang Terjadi, Sebabkan Resiko Henti Jantung Juga Meningkat
Ilustrasi henti jantung. [Istimewa]

SuaraKaltim.id - Penemuan studi kasus ini cukup mengejutkan. Dalam studi tersebut mengatakan efek polusi udara yang meningkat menyebabkan resiko henti jantung juga meningkat.

Penelitian tersebut telah dipresentasikan pada Kongres ESC 2021. Para ahli mempelajari tujuh polutan umum dan menemukan beberapaa fakta soal tersebut.

"Kami mempelajari tujuh polutan umum dan menemukan bahwa ketika konsentrasi masing-masing meningkat, risiko serangan jantung meningkat," kata penulis studi Dr Francesca R. Gentile dari IRCCS Policlinico San Matteo Foundation, Pavia, Italia, disadur dari Suara.com, Senin (30/8/2021).

"Temuan ini menunjukkan bahwa kualitas udara harus dimasukkan ke dalam model prediktif untuk membantu sistem kesehatan dalam merencanakan kebutuhan layanan," tambahnya.

Baca Juga:Orang yang Kurang Menikmati Waktu Senggang, Beresiko Stres dan Depresi Tinggi, Kok Bisa?

Tak hanya itu, polusi udara juga sudah ditetapkan sebagai pemicu yang berpotensial untuk serangan mengalami serangan jantung di luar rumah sakit. Akan tetapi, hubungan dengan polutan udra tertentu tetap kontroversial, karena sejumlah mekanisme juga terlibat.

Dalam studi ini, peneliti juga mencari tahu hubungan antara paparan jangka pendek terhadap partikulat dan polutan gas, serta kejadian henti jantung yang ada di rumah sakit.

Penelitian tersebut dilakukan di Provinsi Pavia, Lodi, Cremona dan Mantua di Lombardy Selatan, wilayah tersebut mencakup 7.863 km2 di wilayah metropolitan serta pedesaan dengan lebih dari 1,5 juta penduduk.

Berdasarkan data kejadian harian henti jantung di 2019, diperoleh dari registrasi henti jantung regional Lombardia CARe.

Informasi tentang konsentrasi harian partikel (PM10, PM2.5), nitrogen dioksida, karbon monoksida, benzena, sulfur dioksida dan ozon yang ada di seluruh wilayah studi, disediakan oleh badan regional untuk perlindungan lingkungan (ARPA).

Baca Juga:Kesehatan Yahya Waloni Membaik Setelah Masuk RS Polri

Dirinya menghitung, median kejadian harian serangan jantung di 2019, lalu diklasifikasikan setiap hari, sebagai insiden yang lebih tinggi atau lebih rendah dari nilai median.

Sebanyak 1.582 serangan jantung di luar rumah sakit terjadi di wilayah penelitian selama 2019, dengan rata-rata insiden harian 0,3 kasus per 100 ribu penduduk.

Konsentrasi PM10, PM2.5, nitrogen dioksida, karbon monoksida, benzena, dan sulfur dioksida, secara signifikan lebih tinggi di hari-hari tertentu dengan kejadian serangan jantung di atas median. Dibandingkan dengan hari-hari ketika kejadian di bawah median.

"Hubungan yang diamati antara konsentrasi polutan individu dan kemungkinan serangan jantung dapat digunakan di masa depan untuk memprediksi kejadian kondisi yang mengancam jiwa ini di wilayah geografis tertentu," kata Dr Gentile.

"Kami berharap pemantauan polutan udara dapat meningkatkan efisiensi layanan kesehatan dengan menjadi faktor dalam model peramalan ambulans dan sistem peringatan," pungkas Dr Gentile.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak