"Untuk harga saya jual dari Rp 50 ribu perbotol. Ada yang perkemasan isi 3 itu Rp 150 ribu, ada yang isi 6 itu bisa Rp 300 ribu," terangnya.
Perpaduan rasa yang diberikan, ia mengaku sudah melakukan riset. Karena aslinya sarang burung walet yang sudah mencair tak memiliki rasa.
Riset itu ia lakukan untuk mendapatkan rasa yang pas. Percobaannya pun berkali-kali sampai mendapatkan rasa yang sesuai.
"Pembuatan sarang walet itu dari liur burung wallet. Untuk 1 picis sarang, bisa membutuhkan 1 bulan setengah," katanya.
Baca Juga:Kisah Sukses Pengusaha Muda Raup Omzet Rp 8 Miliar dari Sarang Burung Walet
Bahan baku sendiri diperoleh Khoirul Anwar dari para petani. Termasuk dirinya yang seorang petani, ia memiliki gedung pengumpul sarang burung walet.
Lokasinya berada di wilayah Palaran, Samarinda. Mereka mengumpulkan satu sampai dua ons sarang kepada Khoirul Anwar.
"Anak buah saya cuma seorang, itu juga untuk mencabut bulu-bulu dari sarang burung walet yang sudah kita sortir. Lembut banget sarangnya, jadi harus teliti dan harus bersih buat dimasak," akunya.
Penjualan sendiri tak memiliki target pasti. Ia mengaku masih harus banyak perjuangan yang dilakukan walaupun potensi penjualan di Samarinda soal sarang burung walet sangat bagus.
Katanya, para pengusaha lebih senang menjual kotor. Atau cuma sarangnya saja yang dihitung perkilo.
Baca Juga:Ekspor Sarang Burung Walet Naik 13 Persen
"Justru untuk bangun rumah wallet sudah tak bisa di Samarinda. Sumber makan burung itu mungkin (penyebabnya)," sebutnya.