Putri Karang Melenu, Cerita Rakyat yang Berkaitan dengan Festival Erau

Festival ini biasanya diadakan untuk memperingati atau mengingat kisah seorang naga yang menghantarkan putri ke tanah Kutai.

Denada S Putri
Kamis, 16 November 2023 | 19:50 WIB
Putri Karang Melenu, Cerita Rakyat yang Berkaitan dengan Festival Erau
Mengulur Naga, ritual yang ada di festival Erau, berkaitan dengan cerita Putri Karang Melenu. [Ist]

SuaraKaltim.id - Putri Karang Melenu merupakan istri pertama atau permaisuri dari Maharaja Kutai Aji Batara Agung Dewa Sakti yang juga ibu dari raja Kerajaan Kutai yang kedua, yaitu Aji Batara Agung Paduka Nira. Cerita legendaris Putri Karang Melenu ini berkaitan dengan festival erau, festival kebudayaan terbesar dari Kutai.

Melansir dari beberapa sumber, festival ini biasanya diadakan untuk memperingati atau mengingat kisah seorang naga yang menghantarkan putri ke tanah Kutai. Cerita dimulai pada zaman dahulu kala di kampung Melanti, Hulu Dusun, hiduplah sepasang suami istri, Petinggi Hulu Dusun dan istrinya yang bernama Babu Jaruma.

Usia mereka sudah cukup lanjut dan mereka belum juga mendapatkan keturunan. Mereka selalu memohon kepada Dewata agar dikaruniai seorang anak sebagai penerusnya. Suatu hari di desa itu terjadi hujan deras selama tujuh hari tujuh malam, hingga tidak ada warga yang berani keluar rumah termasuk Kepala Hulu Dusun dan istrinya.

Sayangnya sumber kayu bakar untuk memasak habis di hari ketujuh sehingga kepala hulu dusun memutuskan menggunakan kasau di atap rumahnya untuk dijadikan kayu bakar. Saat membelah balok, kepala hulu dusun terkejut karena ada ulat kecil yang menatap dan memelas.

Setelah menemukan ulat itu terjadi keajaiban hujan tiba-tiba terhenti dan seluruh warga bersorak kegirangan. Ulat itu akhirnya dirawat oleh keluarga kepala hulu dusun dan Babu Jaruma sangat rajin memberikan makanan kepada ulat-ulat tersebut. Hingga akhirnya sang ulat bertumbuh besar dan menampakkan wujud sebagai seekor naga.

Kepala hulu dusun kemudian bermimpi bertemu putri cantik jelmaan naga itu dan dalam mimpi, putri itu meminta izin untuk pergi dan minta dibuatkan tangga agar bisa meluncur ke bawah. Kepala hulu dusun kemudian bercerita kepada istri dan mereka melakukan yang diminta putri itu.

Ketika naga hendak turun, ia berbicara seperti suara putri dan meminta mereka mengikutinya menuju tanah dengan menuruni tangga menuju sungai. Setelah sampai di sungai, naga tersebut berenang 7 kali berturut-turut ke hulu dan 7 kali ke hilir lalu berenang menuju Mep Da.

Di pinggir batu, naga itu berenang 3 kali ke kiri dan 3 kali ke kanan dan akhirnya terjun ke bawah. Ketika naga itu muncul, badai dahsyat terjadi hingga air naik, hujan dan guntur terus berlanjut. Perahu yang membawa kepala hulu dusun itu didayung hingga ke pantai. Lalu tiba-tiba semuanya menjadi damai kembali, matahari muncul kembali diiringi hujan rintik-rintik.

Kepala suku dan istrinya sangat terkejut. Mereka mengamati permukaan Sungai Mahakam, mencari keberadaan naga tersebut. Tiba-tiba mereka melihat permukaan Sungai Mahakam dipenuhi buih. Pelangi memfokuskan warnanya pada busa yang naik ke permukaan air.

Babu Jaruma tampak seperti kumala yang bersinar terang. Mereka mendekati gelembung cahaya tersebut dan terkejut melihat di dalam gelembung tersebut terdapat seorang gadis kecil yang tergeletak di dalam gong.

Kontributor: Maliana

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini