Upacara Mamat, Ritual Sakral Para Jawara Dayak Kenyah Usai Menang Berperang

Meski ada beberapa ritual adat yang mulai hilang

Muhammad Yunus
Minggu, 24 Maret 2024 | 21:21 WIB
Upacara Mamat, Ritual Sakral Para Jawara Dayak Kenyah Usai Menang Berperang
Upacara adat yang masih lestari yakni upacara adat Mamat [SuaraKaltim.id/Istimewa]

SuaraKaltim.id - Indonesia sangat kaya dengan berbagai macam adat istiadat yang masih terus dilestarikan hingga kini.

Meski ada beberapa ritual adat yang mulai hilang, tetapi ada satu upacara adat yang masih lestari yakni upacara adat Mamat.

Mamat merupakan upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat adat Dayak Kenyah Lepo Tau dari rumpun Apo Kayan yang sebagian besar berada di Provinsi Kalimantan Utara.

Inti dari upacara Mamat ini adalah sebagai lambang kemenangan, kejayaan, dan keberanian prajurit perang, serta untuk menolak roh-roh jahat.

Baca Juga:Upacara Adat Nebe'e Rau, Wujud Syukur Masyarakat Dayak Agar Panen Melimpah

Biasanya di zaman dahulu, upacara Mamat ini digelar oleh nenek moyang Suku Dayak Kenyah setelah para jawaranya memenangi peperangan dan merayakannya dengan kegembiaraan.

Tetapi, upacara Mamat ini termasuk upacara adat yang sakral jadi seluruh rangkaian acaranya harus dipimpin oleh pihak tertentu dan hanya boleh diikuti oleh kaum pria saja.

'Mamat' sendiri memiliki arti mengambil atau berburu kepala musuh dan hal itu suatu keharusan dan kewajiban pada zaman dahulu.

Biasanya, masyarakat yang ikut dalam upacara Mamat adalah laki-laki yang mampu dan paling banyak sekitar 30 orang.

Dalam upacara Mamat ini berlangsung selama satu hingga enam hari ini. Sebab, tidak hanya perayaan untuk kemenangan saja, tetapi dilakukan juga pemujaan dan ungkapan syukur kepada dewa dan roh leluhur.

Baca Juga:Urutan Prosesi Adat Ngerangka'u, dari Tarian hingga Pemotongan Kerbau

Mereka menanggap, ritual adat Mamat sebagai wujud terima kasih karena para dewa dan roh leluhur telah melindungi para kesatria saat berada di medan perang.

Oleh karena itu, Suku Dayak Kenyah biasanya menyiapkan seekor babi yang akan disembelih kemudian darahnya dijadikan sesajen untuk para dewa dan leluhur.

Kemudian seluruh rangkaian Upacara Mamat dilaksanakan di bawah Tugu Beliwang atau tugu berhala karena upacara ini merupakan acara pemujaan.

Tugu Beliwang berbentuk tiang kayu yang dihiasi dengan ukir-ukiran dengan bagian puncaknya terdapat patung Burung Enggang yang sedang merentangkan sayap. Rupanya posisi burung ini melambangkan kedamaian dan kemenangan.

Kontributor : Maliana

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini