Upacara Adat Nebe'e Rau, Wujud Syukur Masyarakat Dayak Agar Panen Melimpah

Salah satu ritual adat yang masih dilaksanakan setiap tahun

Muhammad Yunus
Minggu, 24 Maret 2024 | 20:17 WIB
Upacara Adat Nebe'e Rau, Wujud Syukur Masyarakat Dayak Agar Panen Melimpah
Ilustrasi: Petani padi di Pangandaran tengah memisahkan biji padi dari tangkainya [Times Indonesia]

SuaraKaltim.id - Kalimantan Timur (Kaltim) menjadi salah satu daerah yang dikenal dengan kentalnya adat istiadat yang masih terus dilestarikan hingga kini.

Salah satu ritual adat yang masih dilaksanakan setiap tahunnya adalah beragam upacara adat dengan tujuan dan makna yang berbeda-beda.

Upacara adat Nebe'e Rau menjadi salah satu upacara adat yang masih berlangsung dan menjadi upacara tahunan di Kalimantan Timur.

Upacara ini dikenal juga sebagai upacara tanam padi yang artinya ungkapan rasa syukur masyarakat Dayak atas ladang mereka yang bisa ditanami padi dan berharap hasil panennya berlimpah.

Baca Juga:Urutan Prosesi Adat Ngerangka'u, dari Tarian hingga Pemotongan Kerbau

Bisa dibilang, Nebe'e Rau menjadi upacara tahunan yang digelar oleh masyarakat setempat untuk kepentingan bersama.

Biasanya, setelah menggelar upacara Nebe'e Rau yang merupakan upacara syukuran agar hasil melimpah, selanjutnya digelar upacara Erau.

Erau adalah upacara adat yang biasanya juga dilakukan setahun sekali, terlebih setelah upacara Nebe'e Rau, sebagai ungkapan syukur kepada Sang Pencipta atas melimpahnya hasil panen.

Nebe’e Rau yang dikenal juga dengan sebutan upacara tanam padi biasanya diramaikan dengan berbagai macam tarian tradisional.

Di antaranya seperti tarian Lali Uga'l yang merupakan tarian sakral, terdapat juga tarian Hudo'q Apa'h dan tarian Henda'q Uling. Tarian adat ini hanya boleh ditampilkan didalam Lali Uga’l saja.

Baca Juga:Ngerangka'u, Upacara Adat Peringatan 40 Hari Kematian Ala Suku Dayak

Menurut tradisi setempat, konon ketiga tarian tersebut memiliki makna penceritaan peristiwa di masa lalu yang dijadikan sebagai cara untuk mengusir hama.

Tarian cerita di masa lalu yang dijadikan sebagai pengusir hama ini dari bentuk dan besarnya akan sangat membantu masyarakat Dayak dalam menjaga ladang dan hasil tanaman mereka.

Barulah ketika panen sudah berhasil, maka dilangsungkan upacara adat Erau selama kurang lebih 40 hari 40 malam.

Di sisi lain, terdapat tiga jalannya prosesi upacara Nebe'e Rau. Pertama memberikan makanan kepada To'q atau sang raja kampung, tujuannya adalah untuk menjaga kampung tetap aman dan jauh dari kejahatan.

Kedua pelaksanaan upacara adat Nebe'e ini setelahnya diramaikan oleh beberapa tarian tradisional seperti tari Lali Uga'l, yaitu sebuah tarian sakral.

Terakhir dilanjutkan dengan tarian Hudo'q Apa'h dan tarian Henda'q Uling yang merupakan tarian tradisional yang hanya boleh ditampilkan saat Lali Uga'l saja.

Kontributor : Maliana

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini