Ngugu Tahun, Tradisi Tolak Bala Ala Masyarakat Dayak Tanjung Benuaq

Adapun, tradisi ini biasanya diawali dengan alunan musik khas masyarakat Dayak.

Denada S Putri
Jum'at, 22 Maret 2024 | 02:00 WIB
Ngugu Tahun, Tradisi Tolak Bala Ala Masyarakat Dayak Tanjung Benuaq
Ngugu Tahun, tradisi tolak bala ala Masyarakat Dayak Tanjung Benuaq. [Ist]

SuaraKaltim.id - Masyarakat adat Dayak Tanjung Benuaq dan  Bentian di Kalimantan Timur (Kaltim), terlebih di daerah Kutai Kartanegara (Kukar) memiliki beragam tradisi yang biasanya diselenggarakan setiap tahunnya.

Salah satu tradisi yang biasa digelar setiap tahun itu bernama 'Ngugu Tahun' yakni tradisi ungkapan rasa syukur masyarakat adat Dayak Tanjung Benuaq dan Bentian kepada Tuhannya sang pencipta yang memberikan kehidupan dan penghidupan.

Adapun, tradisi ini biasanya diawali dengan alunan musik khas masyarakat Dayak yang kemudian dilanjutkan dengan prosesi penyembuhan.

Biasanya prosesi penyembuhan ini dilakukan untuk mengusir penyakit dan tolak bala yang juga untuk menyuburkan lahan pertanian.

Baca Juga:Pembangunan IKN Bawa Manfaat bagi Masyarakat Adat Dayak, Kata MADN

Selanjutnya, di tengah-tengah lapangan juga terdapat sebuah patung yang terbuat dari bahan kayu ulin dipahat berbentuk manusia.

Patung itu dihiasi dengan ukir-ukiran lain yang sesuai dengan selera dan keahlian si pemahatnya.

Lalu apakah fungsinya? Rupanya patung ini disebut oleh masyarakat adat dayak sebagai patung orang mati atau patung kuangkai karena dipergunakan dalam upacara adat Kuangkai.

Tetapi dalam upacara adat Ngugu Tahun, patung blontang itu hanya berfungsi sebagai tempat mengikat hewan kerbau yang akan dikorbankan.

Kerbau tadi dibunuh sedikit demi sedikit dengan mempergunakan senjata tombak yang kemudian barulah ditamatkan riwayatnya dengan cara disembelih.

Baca Juga:Beredar Video Masyarakat Adat Dayak Protes Dipaksa Bongkar Rumah untuk IKN: Ini Tanah Saya!

Kemudian darah binatang ini diambil dan dipelaskan pada tempat atau wadah menyimpan tulang tadi yang memang sudah tersedia.

Bagi para pemuda yang berani menombak kerbau memiliki syarat khusus yakni tidak boleh menombak bagian lingkaran putih yang sudah ditandai oleh panitia.

Maksud penyembelihan kerbau menurut kepercayaan suku tersebut adalah sebagai penebus dosa almarhum yang diperbuatnya selama masih hidup.

Juga kelak akan dipergunakan oleh mereka yang sudah meninggal sebagai teman tunggangan sewaktu menuju ketempat peristirahatan terkahir yang disebut Gunung Lumut.

Selain itu, fungsi dari patung itu untuk mengusir penyakit dan tolak bala juga untuk menyuburkan lahan pertanian.

Kontributor: Maliana

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak