Makna Unik Motif Ukiran di Rumah Adat Lamin, Bentuk Penghormatan pada Leluhur

Pada zaman dahulu rumah adat yang paling indah adalah milik para bangsawan.

Denada S Putri
Selasa, 26 Maret 2024 | 03:00 WIB
Makna Unik Motif Ukiran di Rumah Adat Lamin, Bentuk Penghormatan pada Leluhur
Ilustrasi motif ukiran di rumah adat Lamin. [Ist]

SuaraKaltim.id - Rumah adat Lamin merupakan rumah tradisional berbentuk rumah panggung yang panjang dan saling menyambung menjadi hunian khas dari suku Dayak Kenyah.

Salah satu rumah adat yang masih berdiri dengan kokoh adalah Rumah Lamin Adat Pemung Tawai yang berada di Desa Budaya Pampang, Samarinda Utara, Kalimantan Timur.

Dikutip dari Buku Jelajah Arsitektur Lamin Dayak Kenyah, rumah adat Pemung Tawai ini dihuni oleh masyarakat adat Dayak Kenyah.

Di dalam rumah adat Lamin yang berbahan utama kayu ulin itu, terdapat banyak ukiran kayu yang sangat unik dengan makna mendalam.

Baca Juga:Upacara Adat Nebe'e Rau, Wujud Syukur Masyarakat Dayak Agar Panen Melimpah

Seperti diketahui, setiap rumah adat berbagai suku di Indonesia memang memiliki ciri khas khusus, seperti hunian atau tempat tinggalnya.

Selain bentuk dan arsitekturnya yang berbeda, juga terkandung arti dalam tiap sudutnya. Contohnya seperti rumah adat Lamin di Desa Budaya Pampang yang pada umumnya dihiasi ukiran indah.

Pada zaman dahulu rumah adat yang paling indah adalah milik para bangsawan karena menggunakan kayu-kayu pilihan dan dikerjakan oleh para tenaga ahli.

Suku Dayak Kenyah sangat menghormati arwah para leluhur dan kerap mengabadikannya dalam bentuk seni gambar.

Jadi, bagi masyarakat Dayak Kenyah, ukir dan pahat tidak hanya pada ornamen lamin saja, tetapi juga pada benda-benda yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Baca Juga:Urutan Prosesi Adat Ngerangka'u, dari Tarian hingga Pemotongan Kerbau

Bagi suku Dayak Kenyah seni ukir, motif, dan lukisan disebut kalung. Kalung berbentuk motif dekoratif yang memiliki pola melingkar-lingkar.

Kalung berfungsi sebagai penangkal roh jahat, dan sebagai simbol status, dan pemakaiannya tidak sembarangan.

Tiap rangkaian kalung membentuk komposisi saling melingkupi, saling mencari keselarasan hubungan, dan saling mengisi.

Mereka mengukir hampir seluruh bagian rumah, antara lain dinding, pilar, dan kayu pondasi lamin pemung tawai.

Pola kalung sedikitnya memiliki tujuh sumber figur, antara lain tebengaang (burung enggang), udo (wajah manusia), kelunan/uyat (manusia utuh), lenjau (harimau), legunan (naga), aso (anjing), tanjau (tempayan/guci), dan munik (pohon beringin).

Sementara warna pada ornamen Dayak Kenyah adalah putih, biru, kuning, merah, dan hitam.

Warna putih melambangkan kebersihan jiwa, biru melambangkan kesetiaan, kuning melambangkan kewibawaan, dan merah melambangkan keberanian.

Warna merah jarang digunakan pada kalung, sementara warna hitam mendominasi dasar dinding. Warna putih dan kuning sangat dominan pada kalung, putih menjadi figur utama dan kuning sebagai pendukungnya.

Di dinding rumah adat lamin terdapat ukiran warna-warni yang memiliki bentuk penuh lengkungan yang dinamis.

Menurut masyarakat Dayak Kenyah, ukiran itu mengisahkan silsilah orang Dayak, perwujudan seorang raja yang memimpin dan menjaga setiap kepala subsuku Dayak yang digambarkan dalam bentuk patung manusia di bagian tengah.

Kontributor: Maliana

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak