5 Tradisi Gotong Royong Unik Suku Paser: Dari Mpawat hingga Bemare

Biasanya, gotong royong itu dapat berupa tenaga atau bantuan dana saat ada perayaan acara.

Denada S Putri
Selasa, 02 April 2024 | 02:00 WIB
5 Tradisi Gotong Royong Unik Suku Paser: Dari Mpawat hingga Bemare
Ilustrasi gotong royong ala Suku Paser. [Ist]

SuaraKaltim.id - Suku Paser yang bermukim di Kalimantan Timur (Kaltim) dengan wilayahnya yang sebagian besar dataran rendah dan dataran tinggi ini memiliki beragam tradisi yang unik.

Salah satu tradisi di suku Paser adalah tradisi gotong royong atau saling tolong-menolong.

Biasanya, gotong royong itu dapat berupa tenaga atau bantuan dana saat ada perayaan acara seperti kematian, perkawinan, atau lainnya.

Lantas apa saja ragam istilah gotong royong yang ada dalam suku Paser? Berikut penjelasannya yang dikutip dari buku Sistem Gotong Royong Dalam Masyarakat Desa Kaltim:

Baca Juga:Menelisik Kehidupan Suku Paser, Dari Wilayah Hingga Sebaran Penduduknya

1. Mpawat

Mpawat berasal dari kata Awat yang artinya memberi pertolongan. Jadi, dalam bahasa Suku Paser, mpawat adalah saling memberikan pertolongan atau tolong-menolong, baik menyangkut tenaga kerja maupun bukan tenaga kerja yaitu berupa benda.

Tolong-menolong ini didasarkan atas sukarela dan tidak mengharapkan balasan. Biasanya ada beberapa kategori saat masyarakat melakukan mpawat. Di antaranya saat kematian, perkawinan, melahirkan dan kegiatan sosial lainnya.

Selain itu, mpawat juga bisa dinilai sebagai bentuk kerjasama yang dilakukan sejumlah warga desa untuk kepentingan umum, misalnya seperti kerja bakti.

2. Mpolo

Baca Juga:Kesultanan Paser Dukung Penuh Pembangunan IKN dan Bandara VVIP di PPU

Mpolo adalah istilah gotong-royong atau tolong-menolong yang sebenarnya disebut juga sebagai salah satu bentuk dari mpawat. Perbedaannya, mpolo ini berkaitan dengan bidang pertanian.

Kata mpolo sendiri berasal dari kata olo yang artinya hari. Maka pengertian mpolo adalah gotong-royong tolong-menolong dalam pekerjaan bersama.

Terutama pekerjaan yang dilakukan oleh sejumlah orang untuk memberikan pertolongannya dalam satu hari penuh.

Kemudian setiap orang yang menerima bantuan itu, berkewajiban memberikan pertolongannya pula dalam satu hari penuh pada pekerjaan yang sama.

Oleh karena itu setiap orang yang menerima bantuan tenaga kerja dari orang lain, merasa mempunyai utang olo atau hutang hari yang segera dilunasi dalam bentuk yang sama.

3. Ngendului

Ngendului sebenarnya memiliki prinsip yang sama dengan mpolo, tetapi bantuan tenaga kerja hanya diberikan setengah hari saja.

Pertolongan tenaga kerja seperti diberikan oleh karena ada keperluan tertentu. Orang yang diberi pertolongan kerja itupun mengembalikan bantuan yang diterimanya setengah hari.

4. Keleleng

Keleleng merupakan gotong-royong tolong-menolong yang prinsipnya serupa dengan mpolo. Bedanya adalah pada jumlah tenaga kerja yang terbatas.

Pada keleleng jumlah itu tidak lebih dari sepuluh orang. Di dalam tolong-menolong seperti ini, juga orang dapat melakukan ngendului.

5. Bemare

Bemare adalah bentuk gotong-royong tolong-menolong yang tidak menyangkut tenaga kerja, tetapi merupakan pemberian benda.

Bemare ini dapat terlihat jika ada seseorang yang kehabisan ongkos untuk menyelesaikan garapan ladangnya.

Ia kemudian dapat bemare atau meminta pertolongan pada kerabatnya, sahabatnya, tetangganya, baik berupa uang, beras, ataupun bibit.

Barang-barang tersebut akan dikembalikan dalam jumlah yang sama serta waktu yang tak terbatas.

Kontributor : Maliana

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak