Sakral, Mitos, Agama, dan Literasi: Kisah Pendidikan di Kerajaan Kutai Kartanegara

Sebelum menjadi kesultanan, Kerajaan Kutai Kartanegara ini mengalami perkembangan yang cukup pesat termasuk dengan bidang pendidikannya.

Denada S Putri
Jum'at, 03 Mei 2024 | 15:00 WIB
Sakral, Mitos, Agama, dan Literasi: Kisah Pendidikan di Kerajaan Kutai Kartanegara
Kedaton Kutai Kartanegara yang sekarang menjadi Museum Mulawarman. [Ist]

Pendidiakan terhadap putra-putra Raja lebih-lebih Putra Mahkota dididik dengan baik, termasuk dalam hal adat istiadat mengatur kerajaan.

Menurut hikayat raja, Maharaja Sultan atau Aji Wirabayan bersama dengan menterinya Maharaja Sakti pernah belajar tentang tata pemerintahan kerajaan di Majapahit.

Adat serta tatakrama baik yang telah mereka undangkan di dalam kitab undang-undang maupun yang tidak tertulis, mereka pelihara
dan dipelajari secara turun temurun.

Untuk pendidikan rakyat biasa, kebanyakan daerah-daerah luar Kalimantan Timur, seperti di Jawa sekitar permulaan abad ke-18, telah ada usaha-usaha sadar untuk mendidik rakyat, terutama sekedar bekal bagi kepentingan penjajahan atau kerajaan itu sendiri.

Baca Juga:Peringati Hardiknas 2024, Disdikbud Kaltim Lanjutkan Program Merdeka Belajar dan Perkuat Sarpras Sekolah

Setelah berubah menjadi Kesultanan, pendidikan yang tersangkut paut dengan keagamaan memang jauh sebelumnya sudah pernah diberikan.

Demikian juga dengan rakyat di Kerajaan Kutai Kertanegara, terutama pada masa mulai masuknya agama Islam sudah belajar agama.

Kala itu, pondok tempat pengajian atau biasa juga disebut langgar sudah diadakan di sini. Mereka belajar mengaji dan menulis huruf Arab.

Oleh sebab itu tidak heran kalau kitab-kitab hikayat dari Kerajaan Kutai ditulis dalam tulisan Arab.

Bahkan surat-surat dan program-programpun ditulis dalam tulisan Arab, demikian juga undang-undangnya.

Baca Juga:Miris! Oknum ASN Kukar Curi Seng Sekolah untuk Beli Sabu

Kontributor : Maliana

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini