SuaraKaltim.id - Daya beli yang menurun beberapa tahun terakhir dirasakan sejumlah pedagang dan distributor pangan di Kota Bontang. Dari rangkuman jaringan media ini, pedagang grosir dan distributor mengeluhkan penjualan mereka turun.
Bahkan, dampak dari penurunan daya beli ini pengusaha harus mengurangi jumlah pekerja demi menghemat biaya operasional.
Distributor telur dan beras di Pasar Taman Rawa Indah, Desmayani mengatakan, penurunan daya beli dirasakan beberapa tahun terakhir. Biasanya, dalam sepekan 6 ton telur miliknya habis terjual.
Kini, dia hanya mampu menghabiskan 4 ton per minggunya. Padahal, seluruh telur yang didatangkan harus habis dalam tempo 1 minggu.
Baca Juga:Basri Rase, dari PKB ke Demokrat, Siap Jadi Gajah Loncat untuk Kursi Wali Kota Bontang
"Turun sekali memang 3 tahun ini. Buktinya saya kalau omzet tidak baik pekerja saya istirahatkan. Diliat saja telur misalnya 6 ton sekali datang sekarang maaih tersisa 2 ton. Mana harus laku paling tidak sepekan saja. Pengangguran banyak jadi pembeli menipis," ucap Desmayani, melansir dari KlikKaltim.com--Jaringan Suara.com, Jumat (21/06/2024).
Tak hanya telur, penjualan beras juga ikut merasakan dampak dari lesunya daya beli. Dahulu, lanjut Desma, penjualan beras bobot 25 kilogram laris manis. Tetapi seiring waktu makin banyak pembeli yang belanja beras 10 kilogram saja.
Selain penurunan daya beli, harga beras yang terus meroket membuat pembeli memilih beras ukuran lebih kecil.
"Sangat terasa sudah ini kalau pembeli saja sepi. Dulu kalau ada orang membeli beras lagsung 25 kilogram. Sekarang paling belinya 10 kilogram saja. Minyak goreng ini yang langka," sambungnya.
Senada dengannya Desmayani, koordinator toko grosir Samaria Agus di Tanjung Limau mengatakan, daya masyarakat menurun disebabkan beberapa faktor.
Baca Juga:Najirah dan Abdul Kadir Tappa Bicarakan Koalisi Pilkada Bontang
Pertama terkait momentum seperti musim masuk sekolah, libur panjang, dan harga pasok yang kian naik. Di tempatnya berjualan kenaikan akan mencolok pada beras.
Minggu depan harga beras akan naik kembali kisaran Rp 200-400 perak per kilogramnya. Disesuaikan dengan kualitas. Baik kualitas bagus dan sedang.
"Memang menurun. Tidak banyak tapi kan sangat terasa yah. Kelihatan dari omzet. Kalau orang beli banyak. Tapi muatan yang dibeli kan berkurang," ucap Agus.