Pengamat Politik Soroti Dilema Isran-Hadi: Elektabilitas Tinggi, Dukungan Partai Minim

Budiman menyarankan, agar strategi politik pasangan petahana ini diubah.

Denada S Putri
Selasa, 06 Agustus 2024 | 13:15 WIB
Pengamat Politik Soroti Dilema Isran-Hadi: Elektabilitas Tinggi, Dukungan Partai Minim
Hadi Mulyadi dan Isran Noor. [Ist]

SuaraKaltim.id - Pasangan Bakal Calon Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim), Isran Noor dan Hadi Mulyadi, hingga kini belum mendapat dukungan sebagai persyaratan untuk maju dalam pemilihan gubernur (Pilgub) Kaltim 2024. Sementara itu, pasangan Rudy Mas'ud dan Seno Aji telah mengumpulkan 44 kursi dari partai politik di DPRD Kaltim.

Menanggapi fenomena itu, Pengamat Politik Universitas Mulawarman (Unmul) Budiman Chosiah menyoroti, kondisi perpolitikan di Kaltim yang kian absurd.

"Isran ini harus gerak cepat untuk bisa menyelamatkan demokrasi di Kaltim. Sangat aneh dan lucu ketika inkumben yang elektabilitasnya tinggi tidak ikut kompetisi dan tidak bisa mendapatkan partai," ujar Budiman, disadur dari Presisi.co--Jaringan Suara.com, Selasa (06/08/2024).

Budiman menyarankan, agar strategi politik pasangan petahana ini diubah, mengingat langkah mereka yang terkesan lamban.

Baca Juga:KPU Kaltim Alokasikan 60% dari Rp 300 Miliar untuk Honor Panitia Pemilu

"Mereka (Isran-Hadi) harus gercep untuk memaksimalkan partai-partai yang ada. Politik di Indonesia cenderung dinamis, dan penentuannya adalah saat proses pendaftaran nanti," jelasnya.

Kolase foto Rudy Mas'ud-Seno Aji dan Isran Noor-Hadi Mulyadi. [Ist]
Kolase foto Rudy Mas'ud-Seno Aji dan Isran Noor-Hadi Mulyadi. [Ist]

Sebagaimana diketahui, 7 partai yakni PPP, Golkar, Gerindra, PAN, NasDem, PKB, dan PKS telah memberikan dukungan terhadap Rudy-Seno. Dua partai tersisa, Demokrat dan PDI-Perjuangan yang belum menentukan arah dukungan, jadi harapan Isran-Hadi.

Menurut Budiman, Indonesia dikenal sebagai negara demokrasi dengan pemilihan presiden langsung oleh rakyat. Namun, fenomena kotak kosong membuat masyarakat was-was, menunjukkan indikasi matinya demokrasi. Hal ini berdampak pada kegagalan partai-partai dalam mencalonkan kader terbaiknya sebagai kepala daerah.

Budiman memprediksi, jika pasangan petahana gagal meyakinkan partai, akan ada banyak bentuk penolakan oleh masyarakat jika hanya ada satu pasangan calon. Ia mencontohkan fenomena serupa di Kutai Kartanegara dan  Samarinda. Selain itu, strategi pembentukkan calon boneka oleh partai politik juga menjadi kemungkinan yang dapat terjadi.

"Penolakan-penolakan bisa memunculkan calon boneka, salah satu strategi memenangkan kontestasi yang sudah pernah dilakukan di banyak daerah," tuturnya.

Baca Juga:Wajah Kaltim di IKN: 400 Tokoh Masyarakat Saksikan Upacara Kemerdekaan

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini