SuaraKaltim.id - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Timur (Kaltim) memanfaatkan East Borneo International Folklore Festival (EBIFF) 2025 sebagai momentum untuk menggerakkan kembali sektor ekonomi kreatif sekaligus memperkuat eksistensi produk lokal di mata internasional.
Festival budaya berskala global ini dijadwalkan berlangsung di Samarinda pada 24–29 Juli 2025. Meski jumlah delegasi luar negeri dikurangi demi efisiensi, pemerintah memastikan bahwa kualitas pertunjukan tetap menjadi prioritas utama.
Hal itu disampaikan Kepala Bidang Pengembangan Ekonomi Kreatif Dinas Pariwisata Kaltim, Awang Khalik, dalam konferensi pers di Samarinda, Rabu, 11 Juni 2025.
"Meski jumlah peserta mancanegara berkurang demi efisiensi, kualitas pertunjukan dipastikan tetap terjaga," tegas Awang, disadur dari ANTARA, Kamis, 12 Juni 2025.
Baca Juga:PAN Kaltim Tancap Gas Menuju Empat Besar, Bapilu dan DPD Jadi Motor Utama
Mengusung tema "Symphony of the World in East Borneo", EBIFF 2025 akan menampilkan kolaborasi budaya lintas negara, provinsi, dan daerah, dengan harapan mampu menciptakan ruang interaksi yang inspiratif sekaligus memperkenalkan seni budaya lokal kepada dunia.
Delegasi dari berbagai negara telah memastikan keikutsertaan mereka, antara lain Korea Selatan, India, Polandia, Rusia, dan Romania, bersama sejumlah sanggar budaya dari Indonesia.
Di sisi lokal, berbagai pertunjukan kesenian tradisional seperti tingkilan, madihin, dan tarsul turut dipersiapkan sebagai sajian yang merepresentasikan identitas budaya Kaltim.
EBIFF tak hanya panggung seni, tetapi juga menjadi arena promosi ekonomi kreatif.
Dispar Kaltim menyiapkan pameran produk ekraf dari pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) binaan daerah.
Baca Juga:Birokrasi Masuk Era Digital: Pemprov Kaltim Mulai Nimbrung di Media Sosial
"Kami juga mengadakan pameran ekraf unggulan yang melibatkan UKM binaan. Ada banyak inovasi produk, seperti ilat sapi dengan berbagai rasa dan minuman khas daerah," kata Awang.
Pihaknya berharap keberadaan pameran ini mendorong UKM naik kelas.
Salah satu indikator keberhasilan tahun lalu adalah produk amplang Samarinda yang mendapat pesanan dari Korea dan Jepang.
Untuk itu, Dispar mendorong perajin melengkapi kemasan dengan kontak pribadi.
Hal ini penting untuk mempermudah komunikasi antara pembeli dan produsen.
"Penting bagi kami untuk tetap membina dan meningkatkan kesejahteraan mereka," imbuhnya.
Dari sisi ekonomi, pemerintah menargetkan perputaran uang sebesar Rp 18 miliar dari penyelenggaraan EBIFF 2025—naik signifikan dari target tahun sebelumnya yang hanya Rp 12 miliar.
Proyeksi tersebut dihitung dari belanja pengunjung dan peserta selama acara, termasuk pengeluaran untuk hotel, transportasi, hingga makanan.
Meski anggaran festival disesuaikan, Awang memastikan semangat para seniman tetap tinggi karena pemerintah tetap memberi dukungan penuh.
Seluruh rangkaian pertunjukan dalam EBIFF 2025 dibuka secara gratis untuk masyarakat, sebagai bentuk apresiasi pemerintah terhadap antusiasme publik sekaligus upaya mendekatkan seni budaya ke ruang publik yang inklusif.
"Kami tetap memberikan dukungan kepada para seniman, meskipun dengan penyesuaian," ucapnya.
Bukan Sekadar Panggung Seni, EBIFF 2025 Targetkan Perputaran Uang Rp 18 Miliar
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Timur (Kaltim) menatap East Borneo International Folklore Festival (EBIFF) 2025 bukan hanya sebagai ajang seni lintas negara, tetapi juga sebagai katalis pemulihan ekonomi kreatif dan penguatan produk lokal.
Festival berskala internasional ini akan berlangsung di Samarinda, 24–29 Juli 2025, dengan semangat mempertemukan seni pertunjukan dan kekuatan ekonomi kerakyatan.
Meski tahun ini jumlah delegasi luar negeri mengalami penyusutan akibat efisiensi anggaran, namun semangat dan kualitas tetap dijaga penuh.
Hal itu disampaikan Awang Khalik, Kepala Bidang Pengembangan Ekonomi Kreatif Dinas Pariwisata Kalimantan Timur saat konferensi pers di Samarinda, Rabu, 11 Juni 2025.
"Meski jumlah peserta mancanegara berkurang karena efisiensi, kualitas pertunjukan dipastikan tetap terjaga," ujar Awang, disadur dari ANTARA, di hari yang sama.
Mengangkat tema "Symphony of the World in East Borneo", EBIFF 2025 dirancang sebagai ruang interaksi budaya yang inklusif, dari skala lokal hingga global.
Para penampil berasal dari berbagai negara, termasuk Korea Selatan, India, Polandia, Rusia, hingga Romania, bergabung dengan perwakilan provinsi lain dan seniman lokal untuk menghadirkan pertunjukan rakyat seperti tingkilan, madihin, dan tarsul—warisan budaya yang mengakar kuat di tanah Borneo.
Tak hanya festival budaya, Dispar Kaltim juga menyiapkan pameran ekonomi kreatif yang menggandeng pelaku UKM binaan, demi membuka pasar lebih luas bagi produk khas Kaltim yang penuh inovasi.
"Kami juga mengadakan pameran ekraf unggulan yang melibatkan UKM binaan. Ada banyak inovasi produk, seperti ilat sapi dengan berbagai rasa dan minuman khas daerah," jelas Awang Khalik.
Efek positif dari gelaran serupa tahun lalu sudah terasa.
Misalnya, pelaku usaha amplang di Samarinda berhasil menjaring pesanan dari Korea dan Jepang usai berpartisipasi di pameran.
Untuk mendukung kesinambungan usaha, Dispar bahkan mendorong pengrajin mencantumkan nomor kontak langsung pada produk agar memudahkan komunikasi dengan pembeli internasional.
Di sisi ekonomi makro, EBIFF 2025 diproyeksikan mencetak perputaran uang hingga Rp 18 miliar, meningkat signifikan dari target tahun sebelumnya yang sebesar Rp 12 miliar.
Angka ini dihitung dari estimasi transaksi yang terjadi selama festival berlangsung, mulai dari hotel, restoran, UMKM, hingga transportasi.
"Kami tetap memberikan dukungan kepada para seniman, meskipun dengan penyesuaian. Penting bagi kami untuk tetap membina dan meningkatkan kesejahteraan mereka," tambah Awang Khalik.
Sebagai bentuk apresiasi dan komitmen untuk menjangkau masyarakat luas, seluruh pertunjukan dalam EBIFF 2025 dapat dinikmati secara gratis, menjadi ruang hiburan sekaligus edukasi budaya bagi warga Samarinda dan sekitarnya.