SuaraKaltim.id - Pemerintah Indonesia terus berupaya menyempurnakan sistem pendidikan nasional agar lebih relevan dengan tantangan zaman.
Salah satu upaya terbaru adalah dengan memperkenalkan pendekatan Deep Learning atau pembelajaran mendalam dalam modifikasi Kurikulum Merdeka yang telah berjalan sejak tahun ajaran 2024/2025.
Pendekatan ini bukan untuk menggantikan konsep yang sudah ada, melainkan memperkuat dan mengembangkan metode pembelajaran yang adaptif dan berkelanjutan.
Hal itu disampaikan Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian, dalam Workshop Pendidikan bertema “Membangun Pembelajaran Mendalam yang Efektif dan Inovatif”, yang digelar di Hotel Harris Samarinda, Rabu, 11 Juni 2025.
Baca Juga:Siap Sambut Tahun Ajaran Baru, Disdikbud Kaltim Kawal Ketat SPMB 2025/2026
“Jadi bukan berarti mereka belajar itu diganti, ini adalah upaya untuk kita menggunakan konsep-konsep yang sudah dikembangkan sebelumnya,” ucap Hetifah.
![Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian (tengah, baju ungu) dalam Workshop pendidikan tentang "Membangun Pembelajaran Mendalam secara Efektif dan Inovatif". Abdul Gofur, Penelaah Analisis Kebijakan Direktorat Guru PAUD dan PNF Kemendikdasmen, menyoroti pentingnya penguatan kapasitas guru. Menurutnya, kualitas pendidikan tidak bisa dilepaskan dari kualitas perencanaan pembelajaran. [SuaraKaltim.id/Giovanni Gilbert]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/06/11/40595-ketua-komisi-x-dpr-ri-hetifah-sjaifudian-tengah-baju-ungu-suarakaltimidgiovanni-gilbert.jpg)
Ia menegaskan, Deep Learning merupakan turunan dari filosofi Merdeka Belajar yang fokus pada kemandirian dan kebermaknaan dalam proses belajar, bukan sekadar transfer pengetahuan.
“Kita mengharapkan lulusan-lulusan dari Kalimantan Timur (Kaltim) ini kedepan bukan saja dapat bersaing di daerah lain, tetapi dapat bersaing secara global,” katanya.
Dalam konteks globalisasi dan percepatan teknologi, Hetifah juga mendorong asesmen yang lebih holistik terhadap siswa. Menurutnya, Ujian Nasional (UN) selama ini hanya menilai hasil akhir, tanpa menggambarkan kemampuan siswa secara individu.
“Kalau UN kan menentukan kelulusan, kalau ini tidak. Tapi, menjadi ukuran individu seperti mungkin tes kemampuan akademik dan mungkin berbeda dengan yang selama ini kita pahami,” jelasnya.
Baca Juga:SPPG Bertambah Jadi 7 Unit, Program MBG di Kaltim Diklaim Berjalan Lancar
![Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian dalam Workshop pendidikan tentang "Membangun Pembelajaran Mendalam secara Efektif dan Inovatif". [SuaraKaltim.id/Giovanni Gilbert]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/06/11/81962-ketua-komisi-x-dpr-ri-hetifah-sjaifudian-suarakaltimidgiovanni-gilbert.jpg)
Di tengah transformasi digital, tantangan lain yang muncul adalah persoalan kesehatan mental dan tekanan dari lingkungan sekitar, termasuk orang tua.
“Orang tua sering menuntut atau menekan dan sering menyalahkan. Termasuk buru-buru juga kalau tidak memahami ketika anak cara belajar sekarang kan mereka lebih individualis,” ungkap Hetifah.
Sementara itu, Abdul Gofur, Penelaah Analisis Kebijakan Direktorat Guru PAUD dan PNF Kemendikdasmen, menyoroti pentingnya penguatan kapasitas guru.
Menurutnya, kualitas pendidikan tidak bisa dilepaskan dari kualitas perencanaan pembelajaran.
"Guru-guru kita masih lemah dalam menentukan tujuan pembelajaran. Kadang tujuan dan aktivitas tidak nyambung, begitu juga dengan evaluasi," jelas Abdul Gofur.
Ia mendorong pemanfaatan metode Lesson Study yang mengedepankan siklus refleksi dan observasi terhadap proses belajar mengajar sebagai bagian dari implementasi Deep Learning.
- 1
- 2