SuaraKaltim.id - Komitmen untuk mewujudkan kesetaraan dalam dunia olahraga terus diperkuat oleh Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kalimantan Timur (Kaltim).
Sebuah langkah strategis kini tengah dirancang, yakni pendirian pusat pelatihan khusus bagi atlet disabilitas.
Rencana ini menjadi bagian dari upaya konkret untuk memastikan para atlet penyandang disabilitas mendapatkan akses pembinaan yang layak dan setara.
Kepala Dispora Kaltim, Agus Hari Kesuma, menegaskan bahwa inisiatif ini bukan sekadar wacana seremonial, melainkan pijakan awal menuju sistem pembinaan yang lebih adil.
Baca Juga:Kaltim Masih Perkasa: Sumbang 67 Persen Produksi Batu Bara Nasional
“Mereka bukan hanya hadir sebagai peserta, tapi berhasil mengharumkan nama Kaltim. Sudah waktunya pemerintah hadir dengan fasilitas yang betul-betul sesuai kebutuhan mereka,” ujar Agus, disadur dari kaltimtoday.co--Jaringan Suara.com, Rabu, 16 Juli 2025.
Menurut Agus, selama ini atlet disabilitas kerap menunjukkan performa luar biasa di berbagai ajang, baik tingkat nasional maupun internasional.
Karena itu, kehadiran fasilitas pelatihan yang khusus dan berkelanjutan sangat penting untuk mendukung perkembangan mereka secara menyeluruh.
Dispora Kaltim bahkan telah memetakan beberapa lokasi yang dinilai potensial sebagai pusat pelatihan sekaligus tempat penjaringan bakat atlet disabilitas.
Namun, agar rencana tersebut terealisasi, Agus menekankan perlunya kolaborasi lintas sektor.
Baca Juga:Gedung Belum Siap, Sekolah Rakyat di Kaltim Jalan Dulu Pakai Skema Rintisan
“Kita sudah siapkan konsepnya. Sekarang tinggal bagaimana menyatukan dukungan dan kekuatan dari lembaga-lembaga terkait. Ini bukan kerja satu instansi saja, tapi lintas sektor seperti Dinas Pendidikan, Dinas Sosial, hingga BPKAD,” jelasnya.
Sebagai bentuk keseriusan, Agus juga mendorong agar pola pembinaan yang diterapkan mengadopsi skema seperti PPLP (Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar), namun difokuskan untuk atlet disabilitas.
“Kita tidak mau mereka hanya dipanggil saat event saja. Mereka perlu proses pelatihan terstruktur, tempat tinggal, pendampingan psikologis, hingga akses pendidikan. Itu bentuk kesetaraan yang harus kita wujudkan,” tegasnya.
Dispora Kaltim membuka ruang dialog luas dengan komunitas disabilitas, pelatih, dan lembaga pendukung lainnya agar seluruh program yang disusun benar-benar mencerminkan kebutuhan lapangan.
Meskipun lokasi pusat pelatihan dan cabang olahraga unggulan masih dalam tahap penjajakan, keterlibatan aktif dari semua pihak dinilai penting.
“Inklusi dalam olahraga harus diwujudkan secara nyata. Ini bukan soal belas kasihan, tapi tentang memberikan ruang yang adil dan setara. Mereka adalah bagian dari kekuatan besar yang dimiliki daerah ini,” tandas Agus.
Ia berharap masyarakat dan seluruh elemen pemerintahan dapat mendukung penuh inisiatif ini, sebagai bagian dari penghargaan terhadap keragaman kemampuan dan kontribusi nyata atlet disabilitas dalam mengangkat nama Kaltim.
Dari Ribuan Jadi Ratusan: Tren Positif Malaria di Kaltim Terus Berlanjut
Tren penurunan kasus malaria yang signifikan dalam tiga tahun terakhir menjadi sinyal positif bagi Kalimantan Timur (Kaltim) untuk mencapai eliminasi malaria pada tahun 2027.
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kaltim mencatat bahwa berbagai intervensi yang dilakukan mulai menunjukkan hasil nyata.
Hal itu disampaikan Kepala Dinkes Kaltim, Jaya Mualimin, saat ada di Samarinda, Selasa, 15 Juli 2025.
"Data terbaru memperlihatkan tren penurunan yang bagus, mendekatkan Kaltim pada target eliminasi malaria di tahun 2027," ujar Jaya, disadur dari ANTARA, Rabu, 16 Juli 2025.
Penurunan kasus ini merupakan hasil dari pelaksanaan program-program pencegahan dan penanganan secara luas dan terukur, menurut Jaya.
"Penurunan malaria ini merupakan buah dari berbagai program intervensi yang telah dijalankan secara masif, dan itu indikasi bahwa program-program pencegahan dan penanganan kita berjalan efektif,” tambahnya.
Laporan Sistem Informasi Surveilans Malaria (SISMAL) menunjukkan bahwa jumlah kasus malaria di Kaltim menurun drastis.
Dari 2.498 kasus pada 2023, turun 56 persen menjadi 1.096 kasus pada 2024.
Proyeksi tahun 2025 bahkan menunjukkan penurunan lanjutan hingga 51 persen, dengan estimasi hanya 536 kasus.
Perubahan positif juga terlihat dari peta endemisitas malaria.
Jika pada 2023 terdapat tiga kabupaten berstatus endemis tinggi—yaitu Paser, Berau, dan Kutai Timur—serta satu wilayah endemis sedang di Penajam Paser Utara (PPU), maka tahun 2024 diperkirakan hanya menyisakan wilayah endemis rendah.
“Target kita di 2025, semua wilayah kabupaten sudah bergeser menjadi endemis rendah,” katanya optimistis.
Dinkes Kaltim memberikan perhatian khusus kepada kelompok rentan, terutama pekerja yang kerap beraktivitas di dalam hutan.
Mereka berisiko tinggi terpapar malaria jika tidak dilindungi secara memadai.
Untuk itu, petugas kesehatan di lapangan dibekali dengan "paket hutan" yang berisi obat pencegahan, kelambu, dan losion antinyamuk sebagai langkah perlindungan dini.
“Lebih baik mencegah daripada mengobati. Kami terus mengedukasi masyarakat tentang pentingnya langkah-langkah pencegahan ini,” kata Jaya Mualimin seraya menegaskan bahwa upaya kolektif menjadi kunci sukses menuju Kaltim bebas malaria.