Dari Psikolog hingga Relawan: Balikpapan Satukan Kekuatan untuk Anak

Rangkaian HAN juga mencakup diskusi kelompok, sesi berbagi inspirasi, hingga layanan konseling terbuka.

Denada S Putri
Senin, 21 Juli 2025 | 20:30 WIB
Dari Psikolog hingga Relawan: Balikpapan Satukan Kekuatan untuk Anak
Ilustrasi perlindungan anak. [Ist]

“Hari Anak Nasional ini bukan hanya soal anak-anak bergembira. Ini soal tanggung jawab bersama dalam memastikan masa depan mereka benar-benar kita jaga bersama,” tandas Umar.

Rangkaian kegiatan HAN di Balikpapan akan berlangsung hingga akhir Juli, menjangkau seluruh kecamatan dan kelurahan melalui pertunjukan seni Forum Anak, edukasi publik, serta layanan psikososial berbasis komunitas.

Kaltim Buktikan: Budaya dan Alam Bisa Jalan Beriringan

Kebudayaan kerap dianggap sebatas tarian, musik, atau pakaian adat.

Baca Juga:Demi Gizi Anak Sekolah, DPRD Bontang Minta Mitra MBG Tak Asal Masak

Namun di balik itu, budaya menyimpan potensi strategis yang mampu menjadi fondasi pembangunan sosial, pelestarian lingkungan, hingga kebangkitan ekonomi kreatif berbasis lokal.

Hal inilah yang coba digaungkan dalam gelaran Helo East Festival 2025 di Kalimantan Timur (Kaltim).

Festival dua hari ini bukan sekadar ajang pertunjukan seni, tapi menjadi ruang interaksi antar komunitas dari berbagai latar—mulai dari pelestari budaya, pegiat lingkungan, hingga insan kreatif muda.

Mereka berkumpul membawa semangat baru: bahwa budaya dan alam adalah satu napas, saling menghidupi.

Menurut Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XIV Kaltim-Kaltara, Thea Lestari, inisiatif seperti Helo East Festival mendorong lahirnya kesadaran baru tentang budaya.

Baca Juga:600 Siswa Sekolah Swasta Dapat Sekolah Gratis, Ini Komitmen Baru Pemkot Balikpapan

“Selama ini kita mengenal budaya hanya sebatas kesenian atau tarian. Padahal mencintai lingkungan adalah bagian sangat erat dari kebudayaan,” ujarnya, Jumat, 18 Juli 2025.

Thea menggarisbawahi bahwa dalam UU Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, terdapat sepuluh objek utama (OPK), dua di antaranya langsung terkait kelestarian lingkungan: pengetahuan dan teknologi tradisional.

“Kalau kita bicara 10 OPK, di situ ada pengetahuan dan teknologi tradisional. Ini sangat terkait dengan bagaimana masyarakat menjaga dan hidup berdampingan dengan alam,” katanya.

Data BPK mencatat, Kaltim sudah mendaftarkan 54 warisan budaya tak benda secara nasional, termasuk Museum Mulawarman dan Lamin Pemancung sebagai cagar budaya tingkat nasional.

Ada pula kekayaan budaya seperti tari jepen, musik sapek, tradisi belian bawo, hingga kuliner khas seperti petis dan sop tekalon.

Namun kekayaan ini, kata Thea, tak akan hidup jika hanya disimpan. Ia mendorong generasi muda untuk menjadi penggerak.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini