SuaraKaltim.id - Pemerintah Kota (Pemkot) Balikpapan mulai menyiapkan langkah antisipatif jangka menengah terhadap ancaman banjir musiman di wilayah utara.
Wakil Wali Kota Bagus Susetyo meminta Dinas Pekerjaan Umum, khususnya bidang Sumber Daya Air (SDA), segera mengevaluasi fungsi Waduk Wonorejo—baik sebagai pengendali banjir maupun potensi sumber air baku.
Hal itu disampaikan Bagus saat inspeksi lapangan ke Waduk Wonorejo, Minggu, 20 Juli 2025.
“Curah hujan sebelumnya sampai hampir 92 milimeter. Ada keluhan dari warga karena muncul genangan air," kata Bagus, disadur dari ANTARA, Senin, 21 Juli 2025.
Baca Juga:5.000 Warga Dibidik, Pemeriksaan Kesehatan Gratis di Balikpapan Diserbu Masyarakat
Meski genangan surut dalam dua jam, menurutnya, hal itu tidak boleh diabaikan.
Ia menekankan perlunya memastikan sistem saluran hilir bekerja optimal, terutama dari risiko sedimentasi.
“Positifnya, genangan cepat surut, artinya saluran kita tidak buntu. Tapi tetap perlu dicek sedimentasi di hilir, mungkin sudah menumpuk, sehingga daya tampung dan alirannya perlu dioptimalkan,” ujarnya.
Menurut Bagus, pengendalian banjir yang efektif di kawasan waduk memerlukan kombinasi dua pendekatan: manajemen kapasitas tampungan dan regulasi debit air ke saluran sekunder.
“Air jangan dilepas semua sekaligus. Harus diatur separuh ditampung sementara, separuh masuk saluran, agar tidak meluap bersamaan. Itu prinsipnya,” tegasnya.
Baca Juga:Dekat IKN, UMKM Balikpapan Melesat Jadi Kekuatan Ekonomi Baru
Ia juga menekankan pentingnya peran masyarakat dalam mendukung sistem drainase yang sudah dibangun.
Pemerintah tidak bisa hanya mengandalkan infrastruktur jika kesadaran lingkungan masih rendah.
“Kita tidak bisa mengandalkan infrastruktur saja, partisipasi masyarakat itu kunci. Jangan sampai saluran kita bagus tapi buntu karena sampah,” tegas Bagus.
Air Baku Jadi Agenda Tambahan di Musim Kering
Selain fungsi penanggulangan banjir, Pemkot Balikpapan juga menjajaki potensi Waduk Wonorejo sebagai sumber air baku.
Perumda Tirta Manuntung Balikpapan (PTMB) telah diminta untuk mengkaji kelayakan kualitas air di waduk.
“Kami minta PTMB mengkaji kelayakan airnya. Kalau memang memenuhi syarat, bisa dimanfaatkan sebagai air baku. Tapi tentu harus melalui uji laboratorium terlebih dahulu,” ujar Bagus.
Ia menambahkan, keberadaan ikan di dalam waduk memang bisa menjadi indikator awal kondisi air yang relatif aman, namun tetap harus ada uji laboratorium untuk memastikan tidak ada kandungan logam berat berbahaya.
“Kalau tidak ada yang mati, berarti ikannya hidup. Tapi kita tidak bisa pakai itu sebagai patokan utama, tetap harus ada kajian laboratorium,” tambahnya.
Jika hasil uji menunjukkan kualitas air layak konsumsi, pembangunan Instalasi Pengolahan Air (IPA) bisa segera dirancang. Meski demikian, Bagus menegaskan bahwa fokus utama saat ini masih pada studi teknis.
“Nanti kalau airnya memenuhi standar, baru kita pikirkan infrastruktur seperti WTP dan jaringan distribusinya. Tapi untuk sekarang, fokus kita tetap pada kajian teknis dulu,” tuturnya.
Dari Psikolog hingga Relawan: Balikpapan Satukan Kekuatan untuk Anak
Jelang peringatan Hari Anak Nasional (HAN) 2025, Pemerintah Kota Balikpapan melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3AKB) menggencarkan pendekatan perlindungan anak berbasis kolaborasi.
Tidak lagi hanya program dari pemerintah, perlindungan anak kini digerakkan bersama oleh psikolog, relawan komunitas, forum anak, hingga jaringan di tingkat kelurahan.
Hal itu disampaikan Kepala Bidang Perlindungan Anak DP3AKB Balikpapan, Umar Adi, di Balikpapan, Senin, 21 Juli 2025.
“Kami tidak berjalan sendiri. Seluruh kegiatan peringatan HAN tahun ini melibatkan psikolog, relawan Forum Anak, dan jejaring PATBM di tiap kelurahan. Itu adalah kerja kolektif untuk memperkuat lingkungan yang ramah anak,” tegas Umar, disadur dari ANTARA.
Rangkaian HAN 2025 di Balikpapan tidak berhenti pada seremoni. DP3AKB mengusung kegiatan dengan semangat partisipatif, seperti forum "Aku Ingin Menjadi...", yang membuka ruang bagi anak-anak untuk berbagi cita-cita dan mendapat inspirasi dari berbagai profesi.
Kegiatan ini melibatkan Himpunan Psikolog Indonesia (HIMPSI), Forum Anak kecamatan, serta jaringan Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM) dan Pusat Pembelajaran Keluarga (Puspaga) yang tersebar di delapan titik layanan.
“Kami mengajak semua elemen, termasuk tenaga psikolog, untuk ikut mendampingi anak-anak, khususnya mereka yang berada dalam situasi rentan, seperti anak korban kekerasan, anak di panti, dan anak dari keluarga bermasalah,” jelas Umar.
Menurutnya, momentum HAN tahun ini dipakai untuk memperkuat sistem perlindungan anak secara menyeluruh dan berkelanjutan, melibatkan masyarakat di tingkat akar rumput.
Forum anak menjadi motor penggerak penyusunan kegiatan, sementara relawan dan pendamping lokal menjembatani akses layanan antara warga dan instansi pemerintah.
“Kami ingin memastikan semua anak, tanpa terkecuali, merasa aman dan memiliki ruang untuk tumbuh serta bermimpi. Dan ini hanya bisa dicapai bila semua pihak terlibat,” lanjutnya.
Rangkaian HAN juga mencakup diskusi kelompok, sesi berbagi inspirasi, hingga layanan konseling terbuka.
Dalam hal penanganan kasus kekerasan terhadap anak, DP3AKB bekerja sama dengan Unit PPA Polresta Balikpapan, UPT PPA, dan layanan hotline aduan untuk memastikan respons cepat dan aman.
“Kami sudah membentuk jejaring hingga tingkat RT dan sekolah, termasuk tim pencegahan kekerasan anak yang aktif di sekolah-sekolah. Semua ini tidak bisa dilakukan tanpa peran aktif masyarakat,” ujar Umar.
Balikpapan saat ini masih menanti hasil penilaian dari Kementerian PPPA terkait predikat Kota Layak Anak (KLA) 2025, setelah beberapa tahun terakhir mempertahankan kategori utama.
“Predikat penting, tapi yang jauh lebih penting adalah komitmen untuk terus memperkuat sistem yang melindungi anak,” tambahnya.
DP3AKB juga membuka peluang kolaborasi lebih luas, termasuk dengan sektor swasta, institusi pendidikan, dan komunitas lokal dalam bentuk edukasi keluarga, penyuluhan, serta penguatan lingkungan aman dan suportif untuk anak.
“Hari Anak Nasional ini bukan hanya soal anak-anak bergembira. Ini soal tanggung jawab bersama dalam memastikan masa depan mereka benar-benar kita jaga bersama,” tandas Umar.
Rangkaian kegiatan HAN di Balikpapan akan berlangsung hingga akhir Juli, menjangkau seluruh kecamatan dan kelurahan melalui pertunjukan seni Forum Anak, edukasi publik, serta layanan psikososial berbasis komunitas.