569 Jiwa Terdampak Kekeringan, Pemkab Mahulu Siapkan Status Siaga

Wilayah pedalaman seperti Long Apari kini kesulitan dijangkau karena minimnya akses darat dan kondisi sungai yang mengering.

Denada S Putri
Senin, 28 Juli 2025 | 19:33 WIB
569 Jiwa Terdampak Kekeringan, Pemkab Mahulu Siapkan Status Siaga
Potret ilustrasi kekeringan di Bantul. [Pixabay/GregReese]

SuaraKaltim.id - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mahakam Ulu (Mahulu), mempercepat langkah darurat untuk memastikan distribusi pangan tetap berjalan di tengah ancaman kekeringan yang melanda wilayah sungai.

Musim kemarau menyebabkan penyusutan air Sungai Mahakam, yang selama ini menjadi urat nadi transportasi utama, terutama ke kawasan hulu.

Wilayah pedalaman seperti Long Apari kini kesulitan dijangkau karena minimnya akses darat dan kondisi sungai yang mengering.

Dampaknya, pengiriman bahan pokok tersendat dan harga kebutuhan melonjak tajam.

Baca Juga:Pasang Laut Ancam Pesisir Kaltim 1316 Mei, BMKG Imbau Masyarakat Siaga

Hal itu disampaikan Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Mahulu, Agus Darmawan, saat dihubungi dari Samarinda, Senin, 28 Juli 2025.

"Dari Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Mahulu sudah bergerak ke hulu mengantar bahan pangan, meski bahan pangan ini hanya untuk warga tidak mampu, tapi ini sangat membantu," kata Agus, disadur dari ANTARA, di hari yang sama.

Sebagai respons cepat, Pemkab Mahulu juga memutuskan untuk mensubsidi biaya pengangkutan barang kebutuhan pokok menggunakan moda air seperti long boat, speed boat, dan ketinting.

Kebijakan ini disepakati dalam rapat koordinasi lintas sektor yang dipimpin Wakil Bupati Yohanes Avun pada Jumat, 25 Juli 2025.

Agus menyampaikan, kekeringan mulai terasa sejak Rabu, 23 Juli 2025, dan memberikan dampak besar tidak hanya pada mobilitas warga, tetapi juga pada ketahanan pangan, pertanian, ketersediaan air bersih, serta ekonomi lokal.

Baca Juga:Kaltim Masuki Musim Kemarau JuliAgustus 2025, Mahulu Diprediksi Tetap Basah

Kondisi paling berat terjadi di Kecamatan Long Apari, terutama di tiga kampung terdampak, yakni Kampung Long Apari, Noha Tivab, dan Noha Silat.

Tercatat sebanyak 569 jiwa terdampak langsung, dengan harga kebutuhan pokok melambung tinggi. Beras 25 kg dijual antara Rp800 ribu hingga Rp1 juta per karung, sementara elpiji 12 kg mencapai Rp800 ribu per tabung.

"Kenaikan harga pada beras dan elpiji ini pun diikuti dengan harga bahan pokok lainnya. Kami pun sudah melaporkan kondisi ini ke Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) dan telah mengajukan bantuan pangan ke Pemprov Kaltim," ujar Agus.

Guna memperkuat langkah penanganan, BPBD Mahulu juga tengah mempersiapkan penetapan status Siaga Darurat Bencana Kekeringan.

Penetapan ini akan membuka ruang penggunaan dana dari pos Belanja Tidak Terduga (BTT) agar penyaluran bantuan bisa dilakukan lebih cepat dan tepat sasaran.

Mahulu dan Kubar Prioritas: Gratispol Jadi Alat Pemerataan Pendidikan Kaltim

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini