TBC Masih Jadi Ancaman Serius di Samarinda, 189 Jiwa Meninggal dalam Dua Tahun

Ismed menjelaskan, pemerintah kini mengedepankan strategi Active Case Finding (ACF), yaitu upaya mencari penderita TBC lebih cepat dan tepat.

Denada S Putri
Rabu, 10 September 2025 | 19:02 WIB
TBC Masih Jadi Ancaman Serius di Samarinda, 189 Jiwa Meninggal dalam Dua Tahun
Ilustrasi TBC. [Ist]

SuaraKaltim.id - Kasus tuberkulosis (TBC) masih menjadi tantangan besar di Kota Samarinda.

Dinas Kesehatan (Dinkes) mencatat sepanjang 2024 ada 4.042 penderita dari 16.689 warga yang diperiksa, dengan 145 di antaranya meninggal dunia.

Sementara pada Januari–Agustus 2025, ditemukan 1.645 kasus baru dari 11.447 terduga TBC, dengan angka kematian hingga September mencapai 44 jiwa.

Kepala Dinkes Samarinda, Ismed Kusasih, menilai rendahnya angka penemuan kasus menjadi persoalan utama dalam penanganan TBC di Indonesia.

Baca Juga:Demo DPRD Kaltim Berujung Represif? LBH Samarinda Angkat Kasus ke Polisi

Kondisi tersebut juga mendapat perhatian serius dari pemerintah pusat.

“Penemuan penderita kasus TBC itu rendah, hampir di bawah 70 persen. Nah, di Samarinda kita cepat melakukan screening untuk penderita TBC. Kenapa? Karena TBC sekarang penanganan penemuan penderita TBC merupakan satu dari program prioritas Bapak Presiden Prabowo,” ungkapnya, disadur dari Presisi.co--Jaringan Suara.com, Rabu, 10 September 2025.

Ismed menjelaskan, pemerintah kini mengedepankan strategi Active Case Finding (ACF), yaitu upaya mencari penderita TBC lebih cepat dan tepat.

Langkah ini disebutnya krusial agar penularan bisa ditekan sejak dini.

“Jadi penemuan secara dini, secara cepat, untuk penderita TBC. Kita melakukan screening juga. Prinsipnya sederhana, semakin cepat kita temukan, semakin cepat pula diobati agar tidak berkembang menjadi berat atau bahkan menyebabkan kematian,” jelasnya.

Baca Juga:Banjir Rusak Dokumen hingga Ijazah, SMPN 24 Samarinda Kini Menanti Kepastian Relokasi

Selain aspek medis, Ismed juga menyoroti faktor lingkungan dan pola hidup masyarakat.

Menurutnya, kebersihan, daya tahan tubuh, hingga penggunaan alat pelindung diri (APD) memiliki peran penting dalam menekan penularan.

“Termasuk masalah kebersihan, kemudian imunitas. Karena penularannya lewat pernapasan, makanya APD itu juga penting ya, alat pelindung diri,” tegasnya.

Meski secara nasional penemuan kasus masih rendah, Samarinda menjadi salah satu daerah yang lebih maju dalam melakukan deteksi dini.

“Alhamdulillah di Kota Samarinda penemuan kasus kita di atas 70 persen,” pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini