Scroll untuk membaca artikel
Yovanda Noni
Senin, 05 Oktober 2020 | 10:29 WIB
Kisah Talitha, perawat binatang liar di Samarinda

SuaraKaltim.id - Talitha (25) menitikan air mata ketika melihat seekor kucing putih yang sekarat di pinggir jalan.

Tepatnya Bulan November 2019 lalu, kucing itu menderita luka cukup berat dibagian punggung, bahkan sebagian kulitnya robek berdarah-darah.

Talitha menduga, luka itu akibat ulah manusia. Mungkin saja, ada orang yang jengkel, ketika melihat si kucing mencari makan.

Tangis Talitha berhenti, dia kemudian memutuskan untuk merawat kucing itu hingga sembuh. Dia memanggilnya si putih.

Baca Juga: Hadiri Acara Syukuran, Anggota DPRD Samarinda Diperiksa Gakkumdu

Langkah pertama yang dia ambil adalah membawa si putih ke dokter hewan.

Sayangnya, nasib si putih tidak bisa selamat. Dokter telah berupaya melakukan operasi dan menjahit luka-lukanya. Tapi kucing putih temuan Talitha itu sudah telanjur mengeluarkan banyak darah dan mati.

Tidak hanya itu, ternyata si putih juga menderita tumor ganas. Tumor itu bersumber dari bagian-bagian tubuh yang terluka dan infeksi.

Talitha menyesali hal itu, dia takut jika semua kucing liar di Kota Samarinda akan bernasib sama dengan si putih.

Itulah awal mula kisah Talitha, pemilik rumah penampungan kucing liar yang viral di Kota Samarinda.

Baca Juga: Ratusan Spanduk Sosialisasi Pilkada di Samarinda Belum Dilepas

Ditemui di rumahnya di kawasan Jalan Pulau Banda, Talitha menunjukkan belasan kucing liar yang sedang dia rawat.

Menurutnya, kucing-kucing liar di Samarinda sangat membutuhkan bantuan tempat penampungan. Sebab ancaman penyiksaan bisa kapan saja terjadi.

“Saya geram melihat orang yang tega menyiksa kucing. Padahal kucing hanya mau cari makan. Kebanyakan kucing yang saya rawat adalah kucing yang sakit atau luka karena habis disiksa. Mereka mahluk hidup juga, berhak untuk hidup,” kata perempuan bernama lengkap Talitha Meinia Atikah.

Dijelaskan dia, untuk merawat kucing-kucing itu perlu perjuangan yang besar.

Ditambah lagi, keluarga sempat menolak dengan alasan tak ada tempat dan aroma yang tidak sedap.

Meski demikian, Talitha tak lantas putus harapan. Dia berupaya merayu sang suami agar diizinkan merawat kucing-kucing yang menderita hingga sembuh.

“Suami saya awalnya juga nggak terima banyak kucing dirumah. Karena pasti ada orang yang enggak bisa cium aromanya. Tapi mau gimana, saya kasihan, akhirnya ya dibolehkan saja,” sebutnya.

Sejak diizinkan merawat kucing, Talitha berusaha membuat suami dan keluarganya nyaman dengan kehadiran kucing-kucingnya.

Dia membeli kandang-kandang khusus, dan peralatan kesehatan langsung dari dokter hewan.

Beberapa kucing yang sekarat, harus diinfus penambah cairan. Jika ada bagian tubuh yang robek, akan segera dijahit atau dioperasi ke dokter hewan.

"Kadang ada yang mati,saya pasti nangis. Makanya, semua saya usahakan untuk sembuh, saya tidak peduli berapapun biayanya,” katanya.

Tidak hanya kucing, Talitha ternyata juga mengadopsi anjing-anjing liar yang kesakitan.

Namun, anjing-anjing itu dia titipkan di penampungan anjing. Dia tidak bisa membawa anjing ke rumahnya, karena mengingat ajaran agamanya.

“Sebenarnya saya tidak membeda-bedakan antara anjing dan kucing, tapi kalau anjing saya titipkan di penampungan. Dirumah saya sekarang ada 15 ekor kucing. Semuanya saya dapatkan dari jalanan. Kalau anjing ada 3 yang saya titipkan di penampungan," jelasnya.

Jika anjing dan kucing yang dia rawat sudah sembuh, Talitha akan menawarkan adopsi pada pecinta kucing maupun anjing.

“Pokoknya saya rawat baik-baik, kalau sembuh saya tawarkan pada orang-orang yang siap merawat. Anjing dan ucing itu tidak boleh liar lagi di jalanan,” ujarnya.

Untuk biaya perawatan, lanjut dia, membutuhkan banyak pengeluaran. Biasanya untuk sekali operasi bisa memakan biaya Rp 1-2 juta.

Jika kehabisan dana, Talitha akan membuka donasi melalui media sosial.

“Untuk dananya saya dapat dari donasi orang-orang di media sosial. Tapi kalau untuk merawat melihara, saya biaya sendiri. Sebulan bisa habis Rp 2,5 juta. Itu hanya untuk makanan dan pasir. Belum lainnya," jelas dia.

Agar tidak beranak pinak terlalu banyak, kucing jantan akan dikebiri dan betina akan disterilisasi.

"Kalau sudah dikebiri kucing-kucingnya menjadi gemuk. Karena bersih kadang ada yang mau mengadopsi," sebutnya.

Rata-rata, kucing dan anjing yang mendapat perawatan di rumah Talitha adalah yang mengalami patah tulang, tumor hingga virus.

Hewan yang paling parah saat dirawat adalah anjing bernama Iba.

Talitha bahkan harus mengeluarkan biaya cukup banyak, untuk anjing Iba yang dia dapatkan dari laporan temannya.

"Anjing ini dia sudah empat kali dioperasi, ada tumor diperutnya. Terus dibagian telinga luka sampai ada belatung. Jadi harus dilakukan pengangkatan. Sekarang sudah agak baikan, cuman kupingnya harus diamputasi," katanya.

Tidak hanya anjing dan kucing lokal, ternyata Talitha juga merawat binatang ras hias.

Binatang-binatang cantik itu terlantar di pinggir jalan, lantaran dibuang oleh si pemilik karena sudah terlalu tua.

“Ada kucing ras yang jenis anggora persia, itu yang sengaja dibuang. Pemiliknya sudah tidak mau lagi merawat karena kucingnya mungkin sudah tua dan tidak lucu lagi. Ya itu lah, makanya saya ambil dari jalanan semua,” ungkapnya.

Talitha membuka jasa penampungan perawatan kucing itu, murni untuk menyembuhkan binatang yang terluka. Dia bahkan mempersilahkan warga Samarinda untuk memberi informasi jika ada kucing atau anjing yang tengah membutuhkan bantuan.

"Banyak yang tag di akun IG (Instagram) dan Twitter saya. Tolong ada kucing patah tulang habis ketabrak misalnya, atau ada yang sakit karena kerendam banjir. Nanti langsung suruh saya antar atau saya jemput baru saya rescue diklinik," sebutnya.

Dia berpesan, agar masyarakat tidak semena-mena dengan kucing dan anjing liar di jalanan. Jika mengganggu, sebaiknya menghubungi para pecinta kucing atau anjing.

“Sayangilah mereka sesama mahluk hidup, meski mereka sudah tidak lucu lagi, kita harus tetap bertanggung jawab. Jika tidak sanggup, silahkan hubungi saya atau tempat penampungan lain,” pungkasnya.

Kontributor : Alisha Aditya

Load More