Scroll untuk membaca artikel
Yovanda Noni
Rabu, 07 Oktober 2020 | 09:32 WIB
Meri memamerkan produk turunan tumpar dagangannya (Foto: istimewa)
Listy, pengusaha batik yang menjadi pelanggan tetap Meri Tumpar (foto: Yovanda)

Meri menggeluti usaha turunan tumpar sejak tahun 2017 silam. Bermula dari coba-coba, ternyata produk buatannya laku keras di pasaran.

Tidak tanggung-tanggung, pesanan bahkan datang dari luar pulau Kalimantan seperti Jakarta dan Papua.

Rata-rata pemesan adalah kaum sosialita. Seperi ibu-ibu Bayangkari, komunitas arisan hingga istri-istri pejabat daerah.

“Tas dan masker banyak saya kirim ke Pulau Jawa, Papua, Bali dan NTT juga pesan di sini. Beberapa kali ibu Bayangkari di Jawa pesan banyak. Biasanya pesan tas senada warna dengan maskernya,” ungkapnya.

Baca Juga: Jokowi: Produk Kerajinan Tangan Jadi Kekuatan Indonesia Tembus Pasar LN

Produk turunan tumpar buatan Meri terbuat dari berbagai bahan. Pelanggan bisa memilih bahan dan model sesuai keinginan.

Semakin bagus bahan yang digunakan, semakin bagus juga kulitas produk yang dihasilkan.

Meri kemudian memamerkan satu tas buatannya. Tas itu disebut doyo tumpar Meri.

Dijelaskan dia, doyo adalah bahan dari serat kayu yang kuat dan asli dari Kutai. Tas berbahan doyo bisa bertahan hingga puluhan tahun.

Agar menarik, pada sisi depan dan belakang disulam dengan tumpar motif enggang . Di bagian atas, diberi manik-manik dan dikunci dengan tali pegangan tas yang kuat. 

Baca Juga: Yuk, Intip Kerajinan Tangan di Inacraft 2019

Tas itu dihargai Rp 600 ribu, dengan kualitas yang bagus. Tas doyo Meri itu kemudian menjadi produk andalan yang sering dibawa pada pameran UMKM.

Load More