Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Kamis, 05 November 2020 | 19:15 WIB
Massa aksi penolak Omnibus Law di Samarinda dipukul mundur aparat. [Suara.com/Alisha Aditya]

SuaraKaltim.id - Aksi mahasiswa yang digelar oleh Aliansi Mahasiswa Kaltim Menggugat (Mahakam) di depan Gedung DPRD Provinsi Kaltim, Jalan Teuku Umar, Kota Samarinda dengan tuntutan menolak pengesahan Undangu-ndang (UU) Omnibus Law Cipta Kerja pada Kamis (5/11/2020) berakhir ricuh.

Dalam aksi yang diikuti ratusan massa aksi tersebut, polisi menangkap 10 mahasiswa. Mereka yang ditangkap pun mendapat perlakuan represif.

Kericuhan terjadi sekira pukul 17.28 WITA saat ratusan massa aksi dari mahasiswa, buruh dan aktivitas terus merangsek hendak memasuki gedung DPRD Kaltim di Jalan Teuku Umar, Kecamatan Sungai Kunjang.

Baca Juga: Tolak Omnibus Law, 15 Ribu Buruh di Jatim Kembali Geruduk Kantor Gubernur

Tak berselang lama, petugas kepolisian dari balik pagar besi setinggi lima meter, langsung menembakan air dari mobil water canon. Saat itu juga polisi berpakaian sipil langsung menciduk satu persatu mahasiswa yang mulai terurai.

Dari pantauan Suara.com, enam massa aksi langsung ditangkap dan mendapatkan pukulan hingga tendangan dari polisi. Keenam peserta demontrasi ini dianggap sebagai provokator didalam aksi yang seharusnya berjalan damai.

Massa sempat terkejut, mengetahui teman-teman mereka sudah ditangkap dan mendapatkan tindakan represif dari petugas yang sedang menyamar.

Massa aksi sempat mengira sekumpulan pria dengan menggunakan atribut seperti id card dan rompi pers, seperti wartawan yang sedang bertugas melakukan peliputan.

Namun sejumlah orang tersebut menyamar sebagai wartawan. Mengetahui rekan-rekan mereka dipukul dan ditendang, massa sempat kembali mendekat. Namun langsung dicegah polisi dengan tembakan gas air mata.

Baca Juga: Buntut Aksi Tolak Omnibus Law, Ketua BEM Se-Kalsel Malah Diperiksa Polisi

"Lepaskan teman kami," seru beberapa peserta aksi.

Tak terima melihat rekannya ditangkap, para demonstran mulai menghujani petugas dengan lemparan batu. Kondisi yang kian memanas ini akhirnya membuat petugas kepolisian mengerahkan water canon.

Mobil water canon bersama puluhan polisi mengenakan alat pelindung diri lengkap mulai memukul mundur barisan massa.

"Rapatkan barisan, satu komando. Ikuti perintah saya," seru seorang polisi yang memimpin pasukannya. "Maju," tambahnya dengan nada yang meninggi.

Polisi pun memaksa massa aksi mundur. Namun dari kejauhan sebagian massa terus melemparkan batu ke arah petugas. Gas air mata pun ditembakan secara bertubi-tubi. Para demonstran semakin tunggang langgang menuju Simpang Tiga Tengkawang.

Tak berhenti sampai di situ, massa yang masih terus berkumpul dipaksa petugas untuk cepat membubarkan diri. Tembakan gas air mata dan tembakan air dari mobil water canon pun membanjiri Jalan Tengkawang.

Load More