Scroll untuk membaca artikel
Denada S Putri
Senin, 30 Januari 2023 | 18:00 WIB
ilustrasi biji kopi warna hijau. (Pexels/MaksimGonchar)

SuaraKaltim.id - Sudah sejak lama, komoditas kopi lokal di Kaltim telah diupayakan masyarakat pedesaan. Pertumbuhan komoditas kopi lokal memang belum begitu berkembang pesat.

Kepala Bidang (Kabid) Pengembangan Komoditi Dinas Perkebunan (Disbun) Kaltim, Zuraida Hapsari menyebut, kopi masih terus berkembang di Kaltim. Walau memang harus diakui perkembangannya sangat lamban.

“Tidak pesat seperti komoditas yang lain,” ungkapnya, disadur dari kaltimtoday.co--Jaringan Suara.com, Senin (30/01/2023).

Kendati warung kopi kekinian menjamur hampir di semua daerah dan mulai menjadi bagian dari gaya hidup, komoditas kopi belum bisa disebut sebagai sektor unggulan di Kaltim. Dalam hal ini, Pemprov Kaltim juga berupaya memberikan bantuan ke petani lokal untuk mengembangkan usaha.

Baca Juga: Minyak Goreng di Purwakarta Langka? Begini Penjelasannya

Secara umum, kopi sangat potensial untuk pasar yang berkelanjutan. Hasilnya, ekonomi masyarakat juga akan semangat kuat, terutama untuk di daerah.

“Kaltim belum menetapkan kopi sebagai komoditas unggulan, mudah-mudahan ke depan bisa jadi unggulan supaya pengembangan kopi bisa diprogramkan,” sambungnya.

Di Kaltim, ada 3 jenis kopi seperti robusta, liberika, dan arabika. Biasanya, robusta dan liberika ada di dataran rendah dan arabika ada di dataran tinggi lebih dari 400 meter.

Modal jadi salah satu kendala pengembangan kopi. Sebab untuk mendirikan sebuah kebun, harus merogoh kocek yang tak sedikit.

“Benihnya saja di harga Rp 9.000, kemudian dikali per hektarnya 1.600 ini sudah sekitar Rp 15 juta untuk membuka lahannya,” tutupnya.

Baca Juga: Dugaan Aktivitas Ilegal Pasar Ikan Balekambang, LAPAAN RI Desak Inspektorat Kota Solo Lakukan Audit Menyeluruh

Load More