SuaraKaltim.id - Kepulauan Maratua di Berau diproyeksikan menjadi tempat andalan untuk Benua Etam memaksimalkan ekonomi biru. Bahkan, ada rencana untuk menjadikan destinasi tersebut sebagai kawasan konservasi.
Hal itu dijelaskan Kepala Bidang (Kabid) Perencanaan dan Pengembangan Iklim di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kalimantan Timur (DPMPTSP Kaltim), Riawati.
Dia mengatakan, Maratua memang ada rencana untuk dikembangkan lebih lanjut. Bahkan sudah ada tim percepatan yang disusun.
Namun, masih melakukan profiling awal sebelum menjadikan Maratua sebagai kawasan konservasi. Sebab yang nantinya akan dikembangkan adalah blue carbon.
"Kan ada tim percepatannya jadi mereka mau mengarah pada profiling dulu untuk kawasan konservasi, karena nantinya yang akan dikembangkan adalah blue carbon," ucapnya, melansir dari kaltimtoday.co--Jaringan Suara.com, Senin (13/11/2023).
Menurutnya, jika sudah menjadi kawasan konservasi, maka para nelayan juga harus diberikan edukasi. Terutama terkait cara penangkapan ikan.
Dia mengatakan, di kawasan konservasi sudah seharusnya menangkap ikan tidak lagi dengan cara memakai bom atau sejenisnya. Terlebih yang bisa merusak dan memengaruhi ekosistem lingkungan hidup di laut.
Dia menyatakan, jika berbicara perihal potensi blue carbon, maka tentu berbeda dengan green carbon. Sebab ada beberapa aspek yang mesti jadi perhatian untuk ekosistem di laut.
"Sebab kalau di laut, beberapa aspek harus diperhatikan seperti kondisi mangrove, kondisi padang lamunnya harus bagus. Serta koralnya dan potensi penyerapan karbonnya lebih banyak di laut," tambah Riawati.
Baca Juga: Karena IKN, Pariwisata di Pulau Maratua Bakal Dimaksimalkan
Oleh sebab itu, menurutnya pendapatan blue carbon berpotensi meningkat berkali lipat dibanding green carbon. Maka, harus ada perhatian dan keseriusan agar kawasan laut bisa menghasilkan pendapatan.
Pihaknya pun berharap, hadirnya blue economy di Kaltim ini bisa terimplementasi dengan baik. Terpenting, bisa memberikan dampak yang signifikan untuk peningkatan pendapatan daerah Kaltim.
"Ketika kawasan ini sudah dikonservasi, dalam hal penangkapan ikan juga akan diatur sehingga ada area-area tertentu yang diperbolehkan serta dilarang untuk menangkap ikan," tegasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Profil 3 Pelatih yang Dirumorkan Disodorkan ke PSSI sebagai Pengganti Kluivert
- 5 Pilihan Produk Viva untuk Menghilangkan Flek Hitam, Harga Rp20 Ribuan
- 5 Rekomendasi Mobil Sunroof Bekas 100 Jutaan, Elegan dan Paling Nyaman
- Warna Lipstik Apa yang Bagus untuk Usia 40-an? Ini 5 Rekomendasi Terbaik dan Elegan
- 5 Day Cream Mengandung Vitamin C agar Wajah Cerah Bebas Flek Hitam
Pilihan
-
Cerita Danantara: Krakatau Steel Banyak Utang dan Tak Pernah Untung
-
Harga Emas Turun Empat Hari Beruntun! Galeri 24 dan UBS Hanya 2,3 Jutaan
-
Jeje Koar-koar dan Bicara Omong Kosong, Eliano Reijnders Akhirnya Buka Suara
-
Saham TOBA Milik Opung Luhut Kebakaran, Aksi Jual Investor Marak
-
Isuzu Kenalkan Mesin yang Bisa Telan Beragam Bahan Bakar Terbarukan di JMS 2025
Terkini
-
Kualitas Hunian di Sekitar IKN Ditingkatkan, 382 RTLH di PPU Direvitalisasi
-
Pemkot Bontang Tindak Tegas ASN Bolos, TPP dan Gaji Siap Dipotong
-
Rp 16,8 Miliar Disiapkan Pemprov Kaltim untuk Pemerataan Tenaga Dokter Spesialis di IGD
-
Tambang Lesu, IKN Muncul Jadi Penyelamat Ekonomi Kaltim
-
Hidran Tak Aktif, Sprinkler Mati: DPRD Kritik Keamanan Hotel Bumi Senyiur