Scroll untuk membaca artikel
Denada S Putri
Rabu, 07 Februari 2024 | 10:48 WIB
Museum Volkenkunde - Prof. dr. C.H. Goeje. [Instagram/@potolawasofficial]

SuaraKaltim.id - Kerajaan Berau merupakan kerajaan yang berdiri di wilayah Kalimantan Timur pada abad ke-14. Menurut sejarah Berau, raja pertamanya adalah Baddit Dipattung dengan gelar Aji Raden Surya Nata Kesuma dan Isterinya bernama Baddit Kurindan dengan gelar Aji Permaisuri.

Aji Raden Suryanata Kesuma kemudian menjalankan masa pemerintahannya pada tahun 1400–1432 dengan adil dan bijaksana sehingga kesejahteraan rakyatnya meningkat.

Setelah beliau wafat, Pemerintahan Kesultanan Berau dilanjutkan oleh putranya yang selanjutnya secara turun temurun keturunannya memerintah sampai pada sekitar abad ke-17.

Dikutip dari berbagai sumber, di sekitar abad XVIII datanglah penjajah Belanda memasuki kerajaan Berau dengan berkedok sebagai pedagang (VOC).

Baca Juga: Produksi Perikanan Berau Naik 2.257 Ton, Pulau Derawan Jadi Wilayah Tertinggi

Namun kegiatan itu dilakukan dengan politik De Vide Et Impera atau politik adu domba dan kelicikan Belanda ini berhasil memecah belah Kerajaan Berau, menjadi 2 Kesultanan yaitu Kesultanan Sambaliung dan Kesultanan Gunung Tabur.

Awalnya, Kesultanan Berau yang pada saat itu terpecah menjadi dua yaitu wilayah akibat konflik internal kerajaan.

Saat itu pemerintahan telah beralih pada penguasa baru yaitu, Kesultanan Gunung Tabur yang diperintah oleh Sultan Aji Kuning Gazi Mahyudin (1834-1850) dari keturunan Aji Pangeran Dipati.

Sementara Kesultanan Sambaliung diperintah oleh Raja Alam (1810-1852) yang diberi gelar Sultan Alimuddin, keturunan dari Aji Pangeran Tua (1673-1700).

Keadaan ini membuat Belanda semakin tertarik untuk menjadikan kedua kesultanan itu benar-benar terpecah dan saling bermusuhan. Pergolakan antara pihak kerajaan dengan Belanda terus saja terjadi.

Baca Juga: Berau Masuk Zona Merah DBD, 333 Kasus dan 3 Kematian

Persahabatan yang Raja Alam jalin dengan para raja di Sulawesi menjadikan dirinya turut membenci kehadiran Belanda di wilayahnya.

Setelah melakukan banyak perlawanan, Raja Alam akhirnya berhasil ditangkap dan diasingkan ke Makassar.

Ambisi politik Belanda berisi isu-isu dan fitnah terus saja di gencarkan agar kedua kerajaan tersebut saling menyerang satu sama lain.

Untungnya, meski diganggu oleh berbagai macam kelicikan Belanda, kedua kerajaan masih terus menjaga hubungan baik hingga sekarang.

Kontributor: Maliana

Load More