SuaraKaltim.id - Kerajaan Berau merupakan kerajaan yang didirikan sekitar abad ke-14 di wilayah Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) sekarang ini. Saat berdiri, pusat pemerintahan kerajaan Berau awalnya berkedudukan di Sungai Lati yang sekarang menjadi lokasi pertambangan Batu Bara PT. Berau Coal.
Kemudian pada masa pemerintahan terakhirnya, Kerajaan Berau ini pecah menjadi dua. Dua kerajaan hasil pecahan Kerajaan Berau adalah kesultanan Sambaliung dan Gunung Tabur. Berikut penjelasan tentang kedua kerajaan ini.
Kesultanan Sambaliung yang sebelumnya bernama Kerajaan Tanjung adalah kesultanan hasil dari pemecahan Kesultanan Berau sekitar tahun 1810-an. Sultan Sambaliung pertama adalah Sultan Alimuddin yang lebih dikenal dengan nama Raja Alam.
Baca Juga: Berau Masuk Zona Merah DBD, 333 Kasus dan 3 Kematian
Raja Alam adalah keturunan dari Baddit Dipattung atau yang lebih dikenal dengan Aji Suryanata Kesuma, Raja Berau pertama. Generasi ke-9 dari Aji Suryanata Kesuma, yakni Aji Dilayas mempunyai dua anak yang berlainan ibu bernama Pangeran Tua dan Pangeran Dipati.
Kemudian, kerajaan Berau diperintah secara bergantian antara keturunan Pangeran Tua dan Pangeran Dipati. Karena ini, perbedaan pendapat sering terjadi hingga menimbulkan insiden.
Akhirnya, Raja Alam yang merupakan cucu dari Sultan Hasanuddin dan cicit dari Pangeran Tua, atau generasi ke-13 dari Aji Surya Nata Kesuma mengambil alih.
Raja Alam yang menjadi sultan pertama di Tanjung Batu Putih mendirikan ibu kota kerajaannya di Tanjung pada tahun 1810 yang kemudian menjadi kerajaan Sambaliung.
Kesultanan Gunung Tabur
Baca Juga: Kenangan Jembatan Ulin di Berau, Sempat Diklaim Jadi Jembatan Terpanjang di Asia
Buntut dari insiden yang terus terjadi dan berakhir dengan perpecahan, Kesultanan Gunung Tabur kemudian dipimpin oleh keturunan dari Aji Pangeran Dipati.
Pewaris takhta dari keturunan dari Aji Pangeran Dipati yakni Sultan Gazi Mahyudi, memperoleh wilayah di sebelah utara Sungai Berau, serta wilayah kiri dan kanan Sungai Segah.
Sultan Gazi Mahyudi kemudian mendirikan Kesultanan Gunung Tabur. Selama Perang Dunia II tahun 1945, Istana Gunung Tabur dibom oleh sekutu. Alhasil, dari bekas bom itu membuat tidak ada bagian dari istana yang tersisa.
Tetapi pada tahun 1990, Istana Gunung Tabur dibangun kembali dan dijadikan sebagai museum yang diberi nama Museum Batiwakkal yang diresmikan pada tahun 1992.
Kontributor: Maliana
Berita Terkait
Tag
Terpopuler
- Ogah Ikut Demo Besar-besaran Ojol di Jakarta 20 Mei, KBDJ: Kami Tetap Narik Cari Rezeki!
- 10 Mobil Bekas di Bawah Rp100 Jutaan: Kabin Lapang, Keluaran Tahun Tinggi
- 8 Rekomendasi Sunscreen Mengandung Vitamin C, Ampuh Hilangkan Noda Hitam
- 7 Sunscreen Mengandung Salicylic Acid, Ampuh Atasi Jerawat dan Kulit Berminyak
- Kritik Suporter PSS ke Manajeman Viral, Bupati Sleman: Ya Harus segera Berbenah
Pilihan
-
Honda Cari Bibit Pembalap Muda di Ajang HDC
-
Profil Pemilik Rupiah Cepat, Pinjol Viral yang Disorot Publik Ternyata Dikuasai Asing
-
5 HP Murah Rp2 Jutaan Layar AMOLED: RAM Besar, Kamera Resolusi Tinggi
-
Mau Wajah Glowing? Inilah Urutan Menggunakan Skincare Malam yang Tepat
-
7 Brand Skincare Korea Terbaik, Auto Bikin Kulit Mulus Harga Mulai Rp19 Ribu
Terkini
-
Daftar 10 Link DANA Kaget Terbaru, Buruan Cek Nomor HP Kamu, Siapa Tahu Beruntung!
-
Siap Jadi Kota Masa Depan, IKN Gaet Developer Swasta
-
Bagi-bagi DANA Kaget, Klaim 3 Linknya yang Bernilai Ratusan Ribu Rupiah
-
Begini Cara Klaim Saldo DANA Kaget untuk Lunasi Cicilan Harian
-
Pemkot Samarinda Terapkan Parkir Berlangganan, Rp 1 Juta per Tahun untuk Mobil