SuaraKaltim.id - Sungai Kerbau yang mengalir di Kota Samarinda, merupakan anak sungai dari Sungai Mahakam. Sungai yang memiliki panjang 1.200 meter ini rupanya memiliki cerita legenda yang menarik di masa lalu.
Masyarakat setempat rupanya pernah mengkeramatkan sungai Kerbau ini karena sebuah peristiwa aneh yang terjadi beratus-ratus tahun yang lalu.
Dikutip dari buku Kumpulan Cerita Rakyat Kalimantan Timur, pada pertengahan abad ke-13 Masehi, ada seorang raja bernama Aji Maharaja Sultan yang bertahta di Kerajaan Kutai Kartanegara.
Suatu hari, Aji Maharaja Sultan bermaksud memperindah istananya dengan ukiran yang indah dan halus. Ia mengumpulkan para pembesar kerajaan untuk membicarakan niatnya.
Dalam sidang itu, Pangeran Mangkubumi mengusulkan agar Baginda Aji Maharaja Sultan mendatangkan ahli pahat dari Jawa.
Keesokan harinya, beberapa utusan berangkat ke Tanah Jawa dan setibanya mereka langsung menyampaikan maksud kedatangan mereka kepada
Raja Jawa.
Dengan senang hati, Raja Jawa pun berkenan mengirimkan dua orang pemahat ulungnya ke Kerajaan Kutai Kartanegara. Setelah berhari-hari berlayar mengarungi lautan luas, kedua pemahat yang kakak-beradik tersebut akhirnya tiba di Kerajaan Kutai Kartanegara.
Mereka pun disambut baik oleh Baginda Aji Maharaja. Kedua pemahat kakak-beradik dari Jawa itu pun mulai bekerja dengan giat.
Dengan tangan terampil, satu per satu kayu-kayu gelondongan yang telah disiapkan mereka pahat menjadi karya seni ukir yang mengagumkan.
Baca Juga: Bawaslu Samarinda Selidiki Dugaan Penyalahgunaan Hak Suara di Dua TPS
Baginda Aji Maharaja amat terpesona dan terkagum-kagum menyaksikan hasil kerja kedua pemahat itu. Sebagai ungkapan terima kasih, sang Baginda pun menganugerahi mereka hadiah yang amat banyak.
Rupanya sikap Baginda Aji Maharaja kepada kedua pemahat tersebut dianggap berlebihan oleh para pejabat istana. Mereka pun merasa iri dan dengki terhadap kedua pemahat dari Jawa tersebut.
Para pejabat istana pun berdiskusi dan sepakat untuk menuduh mereka melakukan perbuatan tidak senonoh terhadap dayang-dayang istana.
Berkat kepiawaian para pejabat istana menyampaikan kata-kata bujukan, akhirnya sang Baginda pun terpengaruh dan mempercayai kata-kata mereka.
Tanpa menunggu waktu, para pejabat istana pun segera menangkap kedua pemahat itu. Keduanya diikat di sebuah tiang untuk dihukum gantung.
Setelah meninggal, mayat si pemahat yang dihukum mati dibuang ke Sungai Kerbau. Ajaibnya, mayat itu tidak hanyut ke arah hilir mengikuti aliran sungai, melainkan hanyut ke arah hulu muara sungai dekat Kota Samarinda.
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 Rekomendasi Mobil Bekas Kabin Luas di Bawah 90 Juta, Nyaman dan Bertenaga
- 4 Daftar Mobil Bekas Pertama yang Aman dan Mudah Dikendalikan Pemula
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 6 Shio Ini Diramal Paling Beruntung dan Makmur Pada 11 Desember 2025, Cek Kamu Salah Satunya?
- Kode Redeem FC Mobile 10 Desember 2025: Siap Klaim Nedved dan Gems Melimpah untuk Player F2P
Pilihan
-
CERPEN: Liak
-
Rencana KBMI I Dihapus, OJK Minta Bank-bank Kecil Jangan Terburu-buru!
-
4 Rekomendasi HP 5G Murah Terbaik: Baterai Badak dan Chipset Gahar Desember 2025
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
Terkini
-
Alat Kebencanaan Disiagakan untuk Hadapi Cuaca Ekstrem di Kaltim
-
Warga Kaltim Diminta Waspada Potensi Bencana Hidrometeorologi
-
3 Mobil Bekas Nissan 60 Jutaan: Kabin Lapang, Desain Elegan Tak Lekang Waktu
-
Hujan Ringan Guyur Samarinda, Waspada Hujan Petir di Pontianak dan Banjarmasin
-
3 Mobil Bekas 80 Jutaan Terbaik untuk Keluarga: Kabin Senyap, Mesin Bertenaga