Scroll untuk membaca artikel
Denada S Putri
Senin, 04 Maret 2024 | 17:00 WIB
Proyek pekerjaan Bendungan Sepaku. [ANTARA]

Hal itu disampaikan Kepala Adat Kelurahan Pemaluan, Jubaen. Dihubungi melalui panggilan telepon, Jubaen menuturkan, banjir di RT 02, tempatnya tinggal, memang terjadi pada Maret 2023 lalu.

Ia menyatakan, dirinya salah satu korban dari peristiwa tersebut. Musibah yang terjadi saat itu tak semua merendam rumah di wilayahnya.

"Banjir itu di mana yang rumah-rumah berdirinya di dataran rendah, itu yang terkena (banjir). Tapi yang (rumahnya dibangun di dataran) tinggi, mungkin juga tidak kena (banjir). Termasuk punya saya juga (dibangun) di tanah rata, di rawa-rawa, lalu dekat sungai, jadi otomatis (kebanjiran)," terangnya, Jumat (23/02/2024).

Ia memaparkan beberapa faktor banjir terjadi di daerahnya. Pertama, diakibatkan intensitas hujan yang tinggi di Sepaku. Kedua, air sungai yang pasang dan bertemu di titik tempatnya tinggal.

Baca Juga: Drama IKN, 9 Tersangka Dibebaskan Jelang Ramadhan, Proses Hukum Berlanjut

Untuk banjir di Maret 2023 lalu menimpa RT 02 dan 01. Air pasang yang bertemu menetap hingga menimbulkan genangan.

"Kalau korban banjir di RT 02 dan 01 kemarin, mungkin juga karena penggundulan hutan. Karena hutan alam sudah tidak ada lagi. Sudah tidak seperti dulu," bebernya.

Ia menegaskan, hutan industri justru lebih dominan. Hutan tersebut cuma bisa bertahan selama 5 tahun. Hilangnya hutan alam juga katanya membuat resapan air tak lagi ada.

Soal banjir yang dialami Jubaen, tak terjadi tiap tahun. Jangka waktunya dari 3 sampai 5 tahun musibah itu baru terjadi.

"Tidak setiap tahunnya banjir," singkatnya.

Baca Juga: Suara dari X, Kematian Pesut Mahakam dan Dampak Pembangunan IKN

Sebelum ada IKN, ia mengaku banjir juga sering terjadi. IKN hadir, justru menjadi faktor lain penyebab banjir.

Dahulu kata Jubaen, banjir tak terlalu memiliki dampak yang besar. Namun, saat IKN hadir peristiwa itu justru lebih parah.

"Dulunya banyak kolam, banyak rawa, banyak aluran-aluran air. Perusahaan yang ada katanya buat parit. Semacam parit gajah. Jadi rawa dan kolam dikeringin supaya bisa ditanamin tanaman industri. Makanya yang biasanya air kalau hujan ada penampungan, sekarang sudah tidak ada. Air otomatis larinya ke sungai, tak ada resapan," bebernya.

Ia meminta, masuknya IKN bisa membuat pemerintah menormalisasikan sungai di wilayah tersebut. Pelebaran dan pembuatan kolam penanggulangan banjir bisa diwujudkan.

Rencana itu katanya sudah disosialisasikan pihak Otorita IKN ke masyarakat. Seperti ke ketua adat, kelurahan, namun belum disetujui oleh warga.

"Belum kami iyakan. Kami harus musyawarah dulu dengan para tokoh-tokoh bagaimama nanti kedepannya. Apakah rencana itu efektif atau tidak," lanjutnya.

Load More