Soal banyaknya perusahaan tambang yang bermunculan di sekitar IKN, dia menyatakan 'kiamat ekologis' akan lebih cepat terjadi. Baik di IKN maupun di Kalimantan secara keseluruhan.
"Bisa jadi (kiamat ekologis akan lebih cepat). Karena sekarang saja sebelum IKN selesai dibangun, itu kan sudah banyak terjadi eksploitasi masif dan berdampak pada situasi lingkungan di Kalimantan. Banjir dan longsor sudah hal biasa di Kalimantan, seperti di Samarinda.
Kemudian kata Uli, jika melihat dampak lingkungan secara luas, seperti perubahan iklim, yang pasti proses pembangunan IKN akan berkontribusi pada pelepasan emisi. Pelepasan emisi itu dia sebut pastinya berdampak pada masyarakat luas. Bukan hanya masyarakat Kaltim.
Dia menuturkan, untuk melihat situasinya di PPU, hutan yang ada adalah hutan tanaman industri. Sawit dan tambang disebutnya ada di sana.
Baca Juga: Drama IKN, 9 Tersangka Dibebaskan Jelang Ramadhan, Proses Hukum Berlanjut
"Logiknya, si pemegang izin (pemilik lahan sawit atau tambang), ini dia tidak akan mungkin mengembalikan dengan begitu saja, pasti ada negosiasi-negosiai pemindahan ke wilayah lain Ketika itu terjadi, akan masif lagi pembukaan tambang, masif lagi pembukaan sawit dan HTI di wilayah lain. Itu sebagai konsekuensi dari negosiasi landswabnya ketika yang memiliki izin memberikan kepada negara untuk dibangun IKN. Itu pasti akan terjadi," timpalnya.
Dia juga menyoroti wilayah di sekitar IKN lainnya. Yakni Balikpapan. Di mana katanya, kondisi pesisir Balikpapan kini semakin rentan. Baik secara lingkungan, ekonomi masyarakat, bahkan dugaan akan adanya penggusuran juga disampaikan Uli.
Dia membeberkan, rencana pembangunan IKN juga sampai ke wilayah teluk Balikpapan. Di mana yang Uli ketahui, daerah itu adalah kawasan mangrove yang berfungsi sebagai penata iklim.
"(Mangrove) itu greenbelt di wilayah pesisir, karena dia yang menahan gelombang laut, sebagai rumah ikan-ikan yang menjadi mata pencaharian warga," sebutnya.
Dia menyatakan, ketika kawasan mangrove itu dihilangkan, karena dijadikan kawasan industri atau kawasan apapun yang menunjang IKN, akan berdampak pada lingkungan, sosial, dan ekonomi masyarakat. Khususnya, kepada nelayan.
Baca Juga: Suara dari X, Kematian Pesut Mahakam dan Dampak Pembangunan IKN
Di daerah tersebut, akan makin sulit mencari ikan, nelayan akan makin jauh mencari ikan lantaran mangrove yang ada sebelumnya hilang.
Berita Terkait
Terpopuler
- 8 Rekomendasi Mobil Bekas Murah Tipe MPV Mei 2025: 7-Seater Harga Mulai Rp30 Jutaan, Pajak Miring
- 3 Pihak Blak-blakan Beri Dukungan untuk Yuran Fernandes, Komdis PSSI Revisi Hukuman
- Rekomendasi 5 Mobil Bekas Murah Meriah untuk Ibu Muda yang Super Aktif! Mulai 65 Jutaan
- Olla Ramlan Resmi Umumkan Lepas Hijab: Pilihan Terbaik Bukan yang Bikin Kita Nyaman
- 10 Pemain Keturunan Bisa Dinaturalisasi Demi Timnas Indonesia Lolos Olimpiade 2028
Pilihan
-
Muhammadiyah dan BSI Rujuk?
-
Cerita Stefano Lilipaly Diminta Bela Timnas Indonesia: Saya Tidak Bisa
-
Rekomendasi HP Murah Rp1 Jutaan RAM 6 GB: Kamera 50 MP, Baterai Super Awet
-
Rumit! Ini Skenario Semen Padang, Barito Putera dan PSS Sleman Lolos Degradasi
-
Comeback Bela Timnas Indonesia, 10 Keunggulan Stefano Lilipaly
Terkini
-
Kumpulan Link DANA Kaget Aktif Terbaru, Hati-hati Penipuan Berkedok Saldo Gratis!
-
Segera Klaim! Saldo DANA Kaget hingga Rp 202 Ribu Sudah Dibagikan Senin Siang Ini
-
Kejutan Awal Pekan, Link DANA Kaget Hari Ini Siap Ditransfer ke Kamu!
-
Saldo DANA Kaget Hari Ini, Ada 3 Amplop Kejutan Bernilai Rp335 Ribu
-
Transformasi Desa di Kaki Gunung Merapi: Pariwisata Alam dan Agrikultur Jadi Andalan