Scroll untuk membaca artikel
Denada S Putri
Kamis, 07 Maret 2024 | 16:15 WIB
Ilustrasi pembuatan tato Mentawi secara tradisional. [Ist]

"Tinta" atau pewarna rajah dibuat dari jelaga asap lampu atau pelita atau arang damar yang berwarna hitam karena memang tato Dayak Iban didominasi oleh warna hitam.

Untuk mendapatkan warna hitam yang pekat, jelaga atau arang damar dicampur air tebu atau lemak babi.

Kemudian campuran tersebut dikeringkan hingga mengkristal dan dapat dicairkan lagi bila hendak digunakan.

Pembuatan pantang Iban secara tradisional menggunakan metode ketukan atau pukulan tangan.

Baca Juga: Uyao Moris, Maestro Sape dari Kalimantan yang Mendunia

Prosesnya, sejumlah jarum atau duri yang dijepit dengan pelaik dicelupkan ke dalam "pewarna" lalu secara perlahan dipukul-pukulkan ke permukaan kulit sesuai motif yang tergambar.

Luka karena jarum atau duri ini akan menjadi koreng dan setelah kering akan tampaklah motif tato berwarna hitam.

Pembuatan pantang Iban secara tradisional memerlukan waktu relatif lebih lama dibandingkan penatoan dengan mesin.

Waktu pembuatannya juga dipengaruhi ukuran dan tingkat kerumitan motif. Misalnya, satu motif sederhana dapat selesai dalam waktu sekitar dua jam.

Rasa sakit akibat proses penatoan berbeda untuk setiap orang dan tidak ada ramuan apa pun yang diberikan untuk mengatasi rasa sakit dan biasanya orang yang baru pertama kali ditato basanya mengalami demam akibat luka tato.

Baca Juga: Siapa Suku Dayak Iban? Dikenal Sebagai Penjaga Hutan Selama Ratusan Tahun

Kontributor: Maliana

Load More