SuaraKaltim.id - Masyarakat Dayak Nganju yang berada di Kalimantan Tengah memiliki beragam makanan tradisional yang unik.
Salah satunya adalah makanan Kenta, yang biasanya hanya dihidangkan dalam sebuah upacara atau festival budaya saja.
Kenta sendiri merupakan makanan tradisional khas masyarakat Dayak Ngaju berbahan dasar ketan.
Makanan ini biasnaya dibuat untuk mengawali kegiatan, seperti panen atau pernikahan dalam Suku Dayak Ngaju.
Baca Juga: Mitos Dayak Punan soal Hewan Pembawa Pesan Utusan 'Tuhan'
Secara kebudayaan, kenta adalah makanan yang dianggap memiliki nilai spiritual tinggi dan sakral karena menjadi persembahan kepada tatu parei (leluhur atau roh padi).
Kenta biasanya dihidangkan sebagai bentuk terima kasih masyarakat Dayak Ngaju karena sudah membuat padi berisi.
Lantas bagaimana pembuatan dari Kenta sendiri?
Rupanya pembuatan Kenta cukup panjang. Alat yang dibutuhkan pun harus dikumpulkan seperti lesung-alu, keluair atau tuas pengais dari bilah bambu, wadah berupa tikar purun, rotan atau kajang sebagai alas, serta alat penampi untuk memisahkan biji beras dengan kulitnya.
Kemudian kenta dibuat dengan menyangrai padi ketan dan menumbuknya di dalam lesung kayu hingga berbentuk pipih.
Baca Juga: Makna Unik Motif Ukiran di Rumah Adat Lamin, Bentuk Penghormatan pada Leluhur
Makanan khas Suku Dayak Ngaju ini dapat dimakan langsung setelah melalui proses penumbukan, namun rasanya akan sedikit lebih hambar.
Untuk itu biasanya supaya lebih nikmat dan lebih terasa kelezatan serta gurihnya, Kenta bisa dicampurkan dengan parutan kelapa dan air kelapa muda lalu ditaburi sedikit gula pasir atau bisa juga diseduh dengan air panas dan diberi campuran susu.
Selain rasanya gurih dan manis, tekstur Kenta yang kenyal membuat makanan ini semakin nikmat.
Kenta termasuk makanan langka karena proses pembuatan yang cukup rumit. Pembuatan Kenta ini dilakukan minimal oleh lima orang dan memakan waktu satu hari penuh.
Namun, proses pembuatan yang rumit ini tak serta merta membuat masyarakat Dayak Ngaju lupa akan kuliner warisan leluhur yang khas ini.
Oleh karena itu, meskipun sulit mereka berupaya merancang suatu kegiatan untuk tetap melestarikan warisan budaya ini.
- 1
- 2
Berita Terkait
Terpopuler
- Istri Menteri UMKM Bukan Pejabat, Diduga Seenaknya Minta Fasilitas Negara untuk Tur Eropa
- Asisten Pelatih Liverpool: Kakek Saya Dulu KNIL, Saya Orang Maluku tapi...
- 3 Kerugian AFF usai Menolak Partisipasi Persebaya dan Malut United di ASEAN Club Championship
- Pengganti Elkan Baggott Akhirnya Dipanggil Timnas Indonesia, Jona Giesselink Namanya
- Berapa Harga Sepatu Hoka Asli 2025? Cek Daftar Lengkap Model & Kisaran Harganya
Pilihan
-
Mengenal Klub Sassuolo yang Ajukan Tawaran Resmi Rekrut Jay Idzes
-
Kata-kata Jordi Amat Usai Gabung ke Persija Jakarta
-
7 Rekomendasi Merek AC Terbaik yang Awet, Berteknologi Tinggi dan Hemat Listrik!
-
Daftar 7 Sepatu Running Lokal Terbaik: Tingkatkan Performa, Nyaman dengan Desain Stylish
-
Aura Farming Anak Coki Viral, Pacu Jalur Kuansing Diklaim Berasal dari Malaysia
Terkini
-
Kaltim Siapkan Perusda Ojol, Lawan Ketimpangan Tarif Aplikator Nasional
-
Berburu Modal di Era IKN, Penajam Andalkan Kawasan Industri Strategis
-
PETI Ancam Objek Vital Nasional, Polisi dan TNI Turun Tangan di LabananKelay
-
Kaltim Genjot Pemerataan Pembangunan hingga Pelosok 3T
-
Ngopi Enak Tanpa Tekor? Ini Cara Dapat Saldo DANA Kaget Buat Nongkrong